Beredar Pesan Berantai soal 'Air Garam Dalam Baskom Bisa Turunkan Hujan', BMKG : Itu Hoaks!
Kepala BMKG Staklim Mlati Yogyakarta, Reni Kraningtyas, menegaskan informasi tersebut adalah hoaks
Penulis: Noristera Pawestri | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Beredar sebuah pesan yang disebarkan melalui pesan berantai (broadcast) melalui grup aplikasi perpesanan WhatsApp.
Pesan berantai tersebut isinya berikut ini:
Darurat Kemarau Panjang !!
1). Sediakan baskom air yg dicampur garam .
2). Letakkan di luar rumah, biarkan menguap .
3). Jam penguapan air yg baik sekitar pk 11.00 s.d 13.00 .
4). Dng makin banyak uap air di udara semakin mempercepat kondensasi menjadi butir air pd suhu yg makin dingin di udara.
Dg cara sederhana ini diharapkan hujan makin cepat turun.
Semakin banyak warga yg melakukan ini di masing-masing rumah .
Ratusan ribu rumah maka akan menciptakan jutaan kubik uap air di udara.
Lakukan ini satu rumah cukup 1 ember air garam .
Sabtu pk 10.00 serempak..
Mari kita sama-sama berusaha utk mnghadapi kemarau kian parah ini.. >:|<
Mohon diteruskan kesemua group. Terima kasih
Menanggapi pesan tersebut, Kepala BMKG Staklim Mlati Yogyakarta, Reni Kraningtyas, menegaskan informasi yang beredar mengenai air garam dalam baskom dapat menciptakan hujan adalah hoaks atau tidak benar.
"Itu hoaks. Sekarang uap air banyak, air di laut juga masih banyak walaupun debit tidak terlalu tinggi, tapi masih ada air yang tersedia. Kondisi dinamika atmosfer tidak mendukung terbentuknya awan-awan hujan," ujarnya ketika dikonfirmasi Tribunjogja.com, Jumat (13/9/2019).
• Mama Muda Kubur Bayi Hasil Hubungan dengan Dua Pria, Bingung Bayi Biologis Pacar yang Mana
• Kisah Misteri Gedung Bekas Pengadilan Negeri Belanda di Indramayu yang Terkenal Angker
• Balada Asmara Rumah Tangga Wahono Berakhir Dipenjara,Bunuh Mertua Karena Minta Anaknya Dicerai Saja
Dijelaskan Reni, kelembaban udara saat ini kering dan angin yang bertiup merupakan angin timuran, di mana angin tersebut dominan sifatnya kering.
Sehingga kondisi tersebut tidak mendukung terbentuknya awan-awan konvektif atau awan yang menimbulkan hujan.
"Karena memang sekarang musim kemarau. Jangankan baskom, untuk membuat Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan itu kalau pada saat ini juga juga tidak bisa apalagi menggunakan baskom," katanya.
Lanjutnya, awan konvektif tersebut tidak akan muncul, kecuali pada kondisi atmosfer mendukung.
Seperti misalnya udara labil dan penguapan yang cukup kemudian angin yang bertiup merupakan angin baratan yang banyak membawa uap air, maka kondisi tersebut kata Reni memungkinkan untuk menimbulkan awan-awan konvektif.
"Air di lautan itu cukup banyak, itupun sekarang ini tidak bisa terbentuk awan awan hujan, apalagi dengan baskom. Karena memang tidak bisa terbentuk awan-awan konvektif dari udara yang labil," jelasnya. (*)