Kota Yogya
Setiap Akhir Pekan, Tercatat Ribuan Bus Pariwisata Masuk Kota Yogya
Kondisi lalu lintas Kota Yogyakarta tergolong padat mengingat kota ini menyandang predikat cukup banyak.
Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pemerintah Kota Yogyakarta menyelenggarakan Diskusi Konsep Road Map Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Kawasan dan Road Map Angkutan Umum Penumpang di Ruang Bima Kompleks Balaikota Yogyakarta, Rabu (11/9/2019).
Kepala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, Agus Arif Nugroho mengatakan bahwa kondisi lalu lintas Kota Yogyakarta tergolong padat mengingat kota ini menyandang predikat cukup banyak, mulai dari pendidikan, pariwisata, kuliner, dan lain-lain.
"Berkah untuk warga. Tapi persoalannya, ketika masyarakat mengunjungi Kota Yogyakarta maka volume kendaraan semakin meningkat. Dalam diskusi ini kami berharap berbagai ide dan informasi untuk kajian kami bersamaan dengan lintas sektoral," ujarnya.
• Palette X Wardah: Tutorial Make Up ke Kondangan yang Antiribet
Ia mengatakan, bahwa dengan luasan Kota Yogyakarta yang tidak seberapa ini, hal yang tidak mungkin dilakukan untuk menambah panjang dan lebar jalan yang ada.
Agus pun memberikan ilustrasi beban kendaraan yang dihadapi Kota Yogyakarta berdasarkan survei yang dilakukan pihaknya.
"Kami melakukan survei sederhana berkaitan dengan kondisi bangkitan lalu lintas khususnya Sabtu dan Minggu. Survei dilakukan selama tiga hari yakni melalui pengamatan di lapangan, melalui CCTV di ATCS kami," ucapnya.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, Agus membeberkan mulai pukul 07.00-19.00, masyarakat yang berkunjung di Kota Yogyakarta melalui Jalan Sultan Agung dan Parangtritis sangat padat.
• Atasi Kemacetan, Dishub Kota Yogya Kaji 18 Simpang
Terlebih catatan jumlah untuk moda transportasi bus sebanyak 1.100 bus yang lalu lalang melalui dua jalan tersebut.
"Belum lagi aksesibilitas menuju kota semakin mudah melalui pintu Tol Bawen, Boyolali, Kertasura yang cukup dekat. Belum kendaraan pribadi, maka beban itu yang terjadi di Yogya," imbuhnya.
Saat ini, lanjutnya, berdasarkan hasil pertemuan dengan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), menjelaskan bahwa selama ini trend yang muncul untuk pariwisata di Yogyakarta dan sekitarnya adalah 1 day trip.
Hal tersebut lantaran lokasi wisata antar kabupaten/kota di DIY sangat memungkinkan untuk ditempuh dalam waktu seharian.
• Perlu Flyover di Depan Gerbang YIA untuk Cegah Potensi Kemacetan
"Biasanya datang pagi pulang malam. Mereka masuk pukul 05.00 di kota dan berhenti di restoran untuk makan, mandi, dan bersiap berkeliling. Lalu menikmati wisata di Sleman, Bantul, Gunungkidul, Kulonprogo, lalu sore masuk Malioboro," ujarnya.
Namun, Agus menjelaskan bahwa Kota Yogyakarta masih terkendala terkait lokasi parkir bus wisata yang sudah ada saat ini.
Mulai dari Abu Bakar Ali, Ngabean, dan Senopati, seluruhnya berada di jantung kota.
"Kendaraan dimensi 12,5 meter masuk, tentunya ini menjadi beban cukup berat bagi jalan di wilayah Kota Yogyakarta. Tapi realitanya mereka membawa wisatawan masuk kota. Harapannya persoalan mobilitas masyarakat mampu dikelola dengan baik dan persoalan lalu lintas di kota semakin lebih lancar," tambahnya.(*)