3 Siswa SMK N 1 Sanden Bantul Hilang Selama 9 Tahun, Dijual Calo Saat PKL ke Pelabuhan Benoa

Ketiganya siswa SMK N 1 Sanden, Bantul, itu hilang sejak 2009 setelah berangkat Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Pelabuhan Benoa, Bali.

Editor: Rina Eviana
KOMPAS.COM/MARKUS YUWONO
Lucia Martini menunjukkan sertifikat anaknya Ignatius Leyola Andinta Denny Murdani yang hilang kontak saat Mengikuti PKL di Bali oleh SMK N 1 Sanden, Bantul ditemui di rumahnya Rabu (4/9/2019). 

3 Siswa SMK N 1 Sanden Bantul Hilang Selama 9 Tahun, Dijual Calo Saat PKL ke Pelabuhan Benoa

TRIBUNJOGJA.COM - Tiga siswa SMK N 1 Sanden, Bantul, DIY menghilang sembilan tahun hingga kini.

Ketiganya siswa SMK N 1 Sanden, Bantul, itu hilang sejak 2009 setelah berangkat Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Pelabuhan Benoa, Bali.


Mengutip dari Kompas.com, ketiga siswa SMK tersebut menghilang dan belum juga ditemukan selama 9 tahun.
Satu di antara ketiga siswa diketahui bernama Agiel Ramadhan Putra. Mereka dijual calo untuk bekerja di kapal.

Ayah Agiel, Riswanto Hadiyasa, menceritakan kronologi hilangnya sang putra saat berangkat PKL.

Dari puluhan siswa yang berangkat, ketiga siswa tersebut yang sampai saat ini tak diketahui nasibnya.

Hal ini lantaran kapal yang mereka tumpangi hilang. Riswanto menceritakan bahwa kala itu Agiel masih duduk di kelas 2 SMK saat akan berangkat PKL.

Riswanto dan puluhan orangtua siswa lainnya diundang oleh pihak sekolah untuk datang ke sekolah guna mendapatkan sosialisasi.

Dalam sosialisasi itu, Kepala SMK N 1 Sanden, Ahmad Fuadi menyampaikan bahwa PKL yang resmi sebenarnya dilaksanakan di Pekalongan, Jateng, selama tiga bulan.

Namun, PKL dilaksanakan di Tanjung Benoa, Bali, selama tiga bulan dengan alasan di sana merupakan pelabuhan internasional.

Para siswa yang berangkat PKL juga dijanjikan uang sebesar Rp 4 - Rp 8 juta.

Dalam sosialisasi, dikenalkan pula seorang pria bernama Mugiri yang merupakan guru pembimbing PKL.

Namun belakangan diketahui fakta baru bahwa Mugiri adalah calo tenaga kerja.

Medio 31 Desember 2009, ketika anaknya dan para siswa di SMKN 1 Sanden akan berangkat untuk PKL di Bali, mereka harus mengurus KTP.

Padahal waktu itu Agiel berusia 16 tahun dan belum layak mendapatkan KTP.

Tak menaruh rasa curiga lantaran percaya dengan pihak sekolah, para orangtua merelakan anak-anak mereka melaksanakan PKL di Tanjung Benoa.

Ayah Agiel, Riswanto, tak menaruh curiga setelah beberapa bulan anaknya mengikuti PKL.

Tiba-tiba Riswanto menerima surat dari PT Sentra Buana Utama tertanggal 2 Maret 2010.

Sumber: TribunStyle.com
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved