Rumahnya Berlantai Tanah dan Berdinding Bambu, Sokinem Berharap Bantuan Pemerintah
Dindingnya terbuat dari anyaman bambu telah berlubang di sana-sini. Kayu penopang rumah telah reyot dan rapuh. Demikian pula atapnya yang berlubang
Penulis: Amalia Nurul F | Editor: Joko Widiyarso
Laporan Reporter Tribun Jogja, Amalia Nurul F
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Sebuah rumah berlantai tanah di Dusun Kanigoro RT 34, Desa Mangunan tampak memprihatinkan. Dindingnya terbuat dari anyaman bambu telah berlubang di sana-sini. Kayu penopang rumah telah reyot dan rapuh. Demikian pula atapnya yang juga berlubang di banyak sisi.
Rumah tersebut milik Sokinem (80), ia tinggal bersama suaminya yang juga sudah renta di rumah tersebut sejak 1974 silam. Sokinem mengaku belum pernah mendapat bantuan apapun untuk memperbaiki rumahnya.
"(Saya) Belum pernah dapat bantuan rumah. Kalau BPJS, PKH, sama raskin pernah," kata Suminem, anak Sokinem. Ia mengungkapkan, rumah tersebut memang menempel di rumah permanen di sampingnya dan dihuni tiga kepala keluarga (KK). Namun rumah permanen tersebut juga terbatas karena ditinggali oleh lebih dari lima enam orang.
"Ada tiga KK, simbah (Sokinem), saya, dan anak saya," terang Suminem saat ditemui Kamis (29/8/2019) siang. Suasana rumah menjadi tidak kondusif jika hujan turun. Angin dingin hingga air hujan merembes masuk melalui celah atap dan dinding bambu yang berlubang.
Tak hanya Sokinem, kondisi nyaris sama juga dialami Mujiyo (47), rumahnya yang berada di Dusun Kediwung RT 35, Desa Mangunan juga memprihatinkan. Meski berdinding batu bata, kondisi di dalam rumah tersebut jauh darin layak. Lantainya tanah, tak ada tembok sekat, apalagi perabot di dalam rumah tersebut.
Mujiyo mengaku ia belum pernah mendapat bantuan untuk memperbaiki rumah. Ia hanya sekali mendapat bantuan pasca gempa 2006 silam. "(Saya) Belum pernah dapat bantuan. Ini waktu gempa dulu bantuannya," ujarnya Kamis (29/8/2019).
Berita selengkapnya, simak di edisi cetak Tribun Jogja hari ini. (*)