Yogyakarta
Masih Ada Pedagang Nekat Jualan di Pedestrian Malioboro
Meski Satpol PP Kota Yogyakarta rutin melakukan penertiban, masih ada pedagang yang nekat berjualan di pedestrian Malioboro.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Meski Satpol PP Kota Yogyakarta rutin melakukan penertiban, masih ada pedagang yang nekat berjualan di pedestrian Malioboro.
Kepala Satpol PP Kota Yogyakarta, Agus Winarto mengatakan umumnya pedagang yang nekat berjualan adalah pedagang baru yang mencoba peruntungan di Malioboro.
Pedagang tersebut tentunya belum terdaftar di UPT Malioboro.
"Untuk melakukan penataan kawasan Malioboro, kami kan kerjasama dengan UPT Malioboro. Pedagang kan memang tidak boleh jualan di pedestrian Malioboro. Pasti itu pedagang baru dan pasti juga belum terdaftar di UPT Malioboro,"katanya, Kamis (29/8/2019).
• Dishub Kota Yogya Berharap Warga Tak Menghambat Jalur Trans Jogja saat Uji Coba Pedestrian Malioboro
Meski sudah relatif menurun, namun masih ada pedagang yang 'ngeyel' untuk berjualan.
Untuk itu Satpol PP melakukan penertiban dan pembinaan pada pedagang yang ketahuan berjualan.
Selain mengurangi ruang pedestrian, tentu pedagang yang berjualan juga mengganggu para pejalan kaki yang datang ke Malioboro.
"Kami rutin lakukan penertiban, pagi dan malam kami melakukan patroli. Malioboro jadi lokasi yang wajib, selalu dipantau. Tetapi ya masih ada saja pedagang yang jualan,"ujarnya.
Ia melanjutkan pihaknya selalu memberikan teguran pada pedagang yang berjualan di pedestrian.
Jika memang teguran tersebut tidak diindahkan, maka pihaknya akan memberikan pembinaan dan menyita gerobak untuk berjualan.
• Pelaksanaan Uji Coba Pedestrian Malioboro Berjalan Lancar, Dishub Sebut Warga Yogya Mulai Terbiasa
Namun jika pedagang masih nekat, maka pihaknya akan melakukan tindak pidana ringan. Sebab pedagang tersebut melanggar larangan berjualan.
"Sangat mungkin kami melakukan tipiring. Beberapa kali kami lakukan tipiring, tetapi kalau bisa ya tidak usah sampai ke sana,itu langkah terakhir. Biasanya kami lakukan pembinaan saja dan gerobaknya kami sita. Kalau memang dia (pedagang) sudah sadar kesalahannya, gerobaknya kami kembalikan lagi,"bebernya.
Ia berharap agar pedagang jangan sembarangan berjualan.
Menurutnya sudah ada aturan yang harus dipatuhi, sehingga pedagang sebaiknya mengikuti aturan tersebut.
Apalagi Malioboro merupakan tempat wisata andalan Kota Yogyakarta, jangan sampai mengganggu kenyamanan wisatawan.
"Ya sithik edhing (berbagi), kan sudah ada aturannya. Ya harus saling menghormati saja. Kalau tidak diatur, Malioboro pasti crowded (penuh sesak) sekali,"tutupnya.(TRIBUNJOGJA.COM)