Yogyakarta

Akhir Tahun, Seniman Yogyakarta Akan Pentaskan Sinema Drama Mangir di Watu Lumbung

Para seniman Yogyakarta itu akan mementaskan sinema drama Mangir naskah dari Pramoedya Ananta Toer.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Ahmad Syarifudin
Sejumlah seniman sedang latihan untuk pertunjukan sinema drama Mangir yang akan dipentaskan di Pendopo Watu Lumbung pada akhir tahun mendatang 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Akhir tahun 2019 di kampung edukasi Watu Lumbung akan ditutup dengan gelaran cukup spektakuler.

Para seniman Yogyakarta itu akan mementaskan sinema drama Mangir naskah dari Pramoedya Ananta Toer.

Sejumlah seniman senior dan anak muda ikut terlibat didalamnya. Seperti misalnya, Totok Bukhori dan Pungki Purbowo dari Sanggarbambu yang akan memerankan tokoh Demang Pajangan dan Demang Jodog.

Nano Asmorodono sebagai Demang Patalan serta Gandi dari Sastra Mantra sebagai Demang Pandak.

"Sekarang kami masih open casting karena ada sejumlah tokoh yang belum terisi," kata Merit Hendra, yang dalam pertunjukan ini bertindak sebagai Sutradara, Senin (26/8/2019).

Gudeg Manggar, Kuliner Langka Khas Bantul dari Zaman Ki Ageng Mangir

Peran yang belum terisi antara lain, Panembahan Senopati, Ki Juru Mertani dan Gusti Pembayun.

Menurut Merit, dirinya sangat hati-hati dalam memilih orang-orang yang akan memerankan tokoh penting di Kerajaan Mataram itu.

Mengingat ketiga tokoh tersebut sangat terkenal di Yogyakarta.

"Sampai sekarang belum ketemu, kita masih coba lirik kanan-kiri, memilih siapa yang paling tepat," tuturnya.

Sinema drama Mangir rencananya akan dipentaskan di Pendopo atas Watu Lumbung pada penghujung akhir tahun.

Tepatnya tanggal 30-31 Desember 2019 mendatang.

Menurut Merit, sinema drama Mangir di Watu Lumbung akan sangat bagus ditonton karena akan memadukan sejumlah unsur pertunjukan.

Ada yang dimainkan di panggung dan ada yang dibahasa film-kan.

Menyusuri Petilasan Ki Ageng Mangir

"Ini cukup kontroversial, cukup menarik dan cukup unik. Ada versi kawan-kawan ketoprak tobong, ada unsur filmnya lalu ada unsur panggungnya," terang dia.

Mangir, kata Merit merupakan cerita yang sangat bagus diangkat sebagai seni pertunjukan karena multi penafsiran.

Ada perang [perjuangan], cinta hingga hak asasi sebagai eksistensi manusia.

"Untuk versi Watu Lumbung, lihat saja pertunjukannya nanti di akhir tahun," ujar dia, berkelakar.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved