Bantul

Jodangan, Tradisi Warga Srunggo Bersyukur Kepada Tuhan

Seperti layaknya tradisi adat Jawa pada umumnya, tradisi Jodangan di Goa Cerme bagi masyarakat setempat memiliki makna mendalam.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Ahmad Syarifudin
Tradisi Jodangan, wujud Syukur masyarakat Srunggo Desa Selopamioro Bantul kepada Tuhan 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Siang itu, pelataran objek wisata goa cerme tak seperti biasanya.

Tenda terpasang, ratusan warga dari anak-anak, muda dan orang tua terlihat berkumpul.

Mereka duduk sembari menunggu kedatangan Jodang.

Jodang adalah wadah panjang untuk menaruh makanan.

Dalam tradisi "Jodangan" yang digelar oleh masyarakat Srunggo I dan Srunggo II Desa Selopamioro, Bantul, Jodang umumnya berisi berkat.

Nasi lengkap dengan sayur mayur yang sudah didoakan.

Tradisi Jodangan, Wujud Syukur Ala Warga Srunggo Atas Karunia Tuhan

Menunggu kedatangan Jodang, rebana--dalam bahasa Jawa disebut terbang, ditabuh oleh masyarakat, mereka melantunkan shalawat dan lagu-lagu bernuansa agama.

Tak begitu lama, sebanyak 22 Jodang diarak dari kampung Srunggo menuju pelataran Goa Cerme.

Satu Jodang ditandu oleh empat orang.

Mereka berjalan beriringan.

Dikawal pasukan bregada.

Seperti layaknya tradisi adat Jawa pada umumnya, tradisi Jodangan di Goa Cerme bagi masyarakat setempat memiliki makna mendalam.

"Makna dari Jodangan ini, kami bersyukur kepada Tuhan yang maha esa karena warga kami telah berhasil, rukun sehat dan selamat," kata Kepala Dukuh Srunggo, Abdul Kamid, ditemui disela prosesi Jodangan, Minggu (25/8/2019)

Jodangan, kata Kamid, merupakan serangkaian dari puncak acara 'Merti Dusun'.

Sebelum tradisi tahunan itu digelar, segenap masyarakat Srunggo terlebih dahulu 'nyadran'.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved