Nasional
Kedalaman Rasa Jadi Kunci Toleransi
Yenny Wahid menyebutkan, saat ini agama seringkali direduksi menjadi identitas politik bagi sebagian orang, namun nilainya kurang dipraktikkan.
Penulis: Siti Umaiyah | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM - Sikap Intoleransi maupun radikal tidak ada hubungannya dengan persoalan agama.
Hal tersebut hanyalah persoalan cara pandang.
Orang dengan agama apapun, ketika terkena virus tersebut, maka bisa memiliki sikap intoleran maupun radikal.
Zannuba Ariddah Chafsoh alias Yenny Wahid yang merupakan putri dari Gus Dur dalam peluncuran Buku Kata Bersama di Balai Senat UGM, Kamis (22/8/2019), menyampaikan berkaitan dengan sikap-sikap intoleransi, hal tersebut bukan karena ajaran agamanya yang salah, namun lebih kepada intepretasinya yang berbeda.
• Palette X Wardah: Tutorial Make Up ke Kondangan yang Antiribet
Yenny menyebutkan, ketika diamati, kelompok-kelompok agama yang memiliki sikap intoleransi rata-rata tidak membolehkan vaksin.
Baik kelompok Islam, Hindu, Budha maupun yang lainnya.
Kedua, sama-sama susah dalam menerima perbedaan.
"Kalau saya amati kelompok agama yang intoleran tidak menerima vaksin, susah menerima perbedaan, banyak yang percaya bumi datar, serta sama-sama melakukan sesuatu karena kiamat sudah dekat," ungkapnya
Yenny menyebutkan, saat ini agama seringkali direduksi menjadi identitas politik bagi sebagian orang, namun nilainya kurang dipraktikkan.
• Sayangkan Insiden di Surabaya, Yenny Wahid : Saya Sendiri Orang Jawa Timur, Saya Ikut Minta Maaf
"Zaman sekarang kalau masih mencari perbedaan secara teologis itu kuno sekali. Sekarang ini saatnya mencari persamaan. Misalnya sama-sama mengakui keesaan Tuhan, sama-sama mengajak cinta sesama," katanya.
Franz Magnis Suseno, Rohaniawan Katolik sekaligus budayawan Indonesia, menyampaikan sebenarnya Indonesia secara budaya sudah memiliki keterbukaan terhadap perbedaan.
Di balik perbedaan tersebut yang paling penting adalah kedalaman rasa.
"Yang penting adalah kedalaman rasa. Tak begitu penting mana agama yang diakui, asal kita ingat bahwa kita datang dari Tuhan. Agar keberagaman di Indonesia lancar, maka ada kebangsaan," ungkapnya.
Franz menyebutkan, agama itu tidak boleh menakutkan.
• Ramalan Tarot Hari Ini Kamis 22 Agustus 2019, Lindungi Diri dari Orang-orang Negatif
Ketika agama tersebut menakutkan maka ada yang tidak beres.