Kota Magelang
Bunker Peninggalan Bersejarah di Kota Magelang Jadi Sarang Kelelawar
Bangunan yang digunakan sebagai tempat perlindungan saat jaman perjuangan di Kota Magelang tersebut dalam kondisi tak terawat.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Ari Nugroho
Pasalnya, di kawasan Kwarasan tersebut dulunya memang permukiman pada saat era perjuangan.
Hal tersebut tampak pada bangunan-bangunan di lokasi tersebut yang masih bergaya kolonial.
"Kalau dibersihkan dan dirawat, dikasih penerangan, bisa jadi wisata sejarah atau edukasi, daripada tak terawat seperti itu, kotor dan jadi sarang hantu atau kelelawar, bisa jadi spot sejarah. Apalagi di lingkungan sini, memang banyak rumah-rumah asli bangunan bersejarah," tuturnya.
Bagus Priyana, Pegiat Komunitas Kota Toea Magelang yang memberikan perhatian kepada bangunan bersejarah di Kota Magelang, mengatakan, bunker ini adalah bangunan yang memiliki sejarah.
Fungsinya adalah bunker atau tempat perlindungan dari bencana, perang atau serangan udara.
Bunker itu mulai ada pada tahun 1937, sejak perumahan Kwarasan karya Herman Thomas Karsten sebagai perumahan sehat dibangun.
Luch Bestcherming Diens (LBD), Dinas Perlindungan Udara Belanda dulu memang meminta masyarakat membuat satu bunker di depan rumah masing-masing untuk tempat berlindung.
"Bunker itu fungsinya tempat berlindung saat perang atau terjadi bencana. Dulu kan ada bencana Gunung Merapi meletus pada tahun 1930 dan dampaknya memakan korban di Magelang. Serangan udara saat perang juga kerap terjadi pada saat itu, terlebih saat Jepang sudah mulai dekat dan menunjukkan keagresifan mereka. Bunker itu dibangun sebagai perlindungan warga," katanya.
• Bunker Rumah Mewah Pelaku Pengoplos Miras Maut Bandung
Biasanya saat terjadi bencana atau serangan, sirine di atas menara air atau Water Toren di Alun-alun Kota Magelang dibunyikan.
Sirine itu menyambung dengan tiga menara sirine lain atau Bengung, di Kemirirejo, Plengkung dan Potrosaran. Saat itulah para warga langsung berlindung ke dalam bunker.
"Saat ada serangan atau bencana itu sirine dibunyikan. Warga masuk dan berlindung ke dalam bunker," tuturnya.
Bagus pun menyayangkan kondisi bunker yang kini tak terawat.
Ia pun berharap ada kepedulian dari pemerintah setempat untuk memelihara bangunan peninggalan sejarah tersebut.
Bagaimanapun bunker itu juga salah satu bangunan yang menjadi saksi pada saat perjuangan dulu.
"Coba dibersihkan dan dirawat lagi, pasti bisa jadi wisata sejarah yang bagus untuk anak-anak. Ketimbang terbengkalai seperti ini, ada kelawar di dalam, dijadikan saja destinasi wisata. Saya yakin masyarakat akan tertarik dan berkunjung untuk menyaksikan secara langsung peninggalan sejarah ini," tuturnya.(TRIBUNJOGJA.COM)