HUT RI

Asal-usul Panjat Pinang yang Ikonik di Moment HUT RI, Memori Masa Lalu

Panjat pinang adalah lomba tradisional yang populer pada perayaan HUT kemerdekaan Indonesia. Asal-usul Panjat Pinang yang Ikonik di Moment HUT RI

Editor: Yoseph Hary W
KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG
ILUSTRASI - Sejumlah warga mengikuti lomba panjat pinang kolosal di Pantai Carnaval, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, Kamis (17/8/2017). Dalam perlombaan panjat pinang kolosal itu disiapkan 172 batang pohon pinang dengan aneka macam hadiah sekaligus memeriahkan perayaan HUT ke-72 Kemerdekaan Republik Indonesia. 

Batang pohon pinang itu ditanam berdiri/ vertikal dan pada pucuk tiang tersebut ditempatkan banyak hadiah menarik untuk perebutkan.

Lalu masyarakat Indonesia pada masa itu akan berlomba-lomba untuk memanjat dan meraih hadiah yang disediakan,

sementara penjajah Belanda hanya menonton 'pertunjukan' yang keras itu.

Diketahui pada masa itu hadiah yang dipasang biasanya berupa barang pokok seperti makanan, gula, tepung dan pakaian.

Hadiah seperti itu memang sangat mudah dijumpai pada masa kini.

Namun pada masa penjajahan, masyarakat Indonesia hidup melarat dan tersiksa.

Barang-barang murah itu pun menjadi suatu kemewahan bagi mereka.

Pro kontra

Ada yang berpendapat panjat pinang seharusnya tidak dijadikan tradisi apalagi di acara HUT RI atau kemerdekaan.

Alasannya, acara tersebut diperkenalkan oleh penjajah dan menjadi bahan tontonan bagi mereka.

Disebut, perlombaan panjat pinang HUT RI ini hanya membawa memori pahit dari masa lalu.

Pemusik Harry Roesli kepada harian Kompas juga pernah menyuarakan kontra terhadap perlombaan panjat pinang.

Menurut dia, ada kenyataan "kelas sosial" di lingkungan masyarakat pada perayaan kemerdekaan.

Orang kaya cenderung hanya menyumbang saja dan tidak ikut kegiatannya.

"Kalaupun ikut kegiatannya paling-paling hanya ikut pertandingan catur saja. Sementara dalam proses bergaul itu sebenarnya ada isi hati lain. Si orang kaya menyumbang supaya ia bisa hidup aman di lingkungan itu. Supaya tidak ada yang menjarah hartanya," tutur Harry seperti dikutip pada harian Kompas, 18 Agustus 2002.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved