Jawa
Vespa Literasi Merapi : Menengok Geliat Literasi di Lereng Merapi
Kegiatan juga tidak hanya aktivitas membaca, anak diajak pelatihan pemanfaatan sosial media, membuat kerajinan kertas hingga pelatihan komputer.
Penulis: Yosef Leon Pinsker | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM - Kehidupan pedesaan bukan jadi halangan bagi seseorang untuk terus menggalakkan semangat literasi kepada masyakarat.
Stigma desa yang tertinggal dari kota, justru mesti didobrak dengan pemberdayaan.
Empat tahun sudah Sarsito (42) menjalani aktivitas literasinya di Sumbung, Cepogo, Boyolali.
Kegiatan yang sudah dimulainya sejak 2015 lalu itu kian berkembang dan mendapat antuasiasme dari warga sekitar.
Pria paruh baya ini dengan tekun dan semangat perubahan, mencoba menyisihkan waktu luang untuk memberdayakan anak-anak dengan aktivitas membaca.
• Palette: Tips Merawat Wajah Saat Musim Panas
Dengan mengendarai Vespa, sehari-hari di waktu senggang ia keliling desa menjajakan buku-buku bacaan.
Jenisnya beragam, mulai dari buku anak-anak, pertanian, kuliner, dan lain sebagainya.
"Saya kebetulan cuma punya itu mas (vespa-red) makanya kelilingnya pakai itu. Lagian anak-anak kan gampang tertarik kalau lihat sesuatu yang unik gitu," kata Sarsito saat dihubungi Tribunjogja.com, Selasa (6/8/2019).
Vespa berjenis Super keluaran 1968 tersebut dipasanginya rak di bagian belakang.
Multiplek bekas dirubahnya sedemikian rupa guna menampung buku-buku bacaan.
Gerakan swadaya itu mulanya hanya punya 50 judul buku.
Tahun berganti tahun, kini koleksi buku sudah mencapai ribuan.
• Penggiat Literasi Ikuti Residensi Bidang Literasi Finansial di TBM Guyub Rukun
Sarsito menamainya sebagai Vespa Literasi Merapi, karena wilayah aktivitasnya memang berdekatan dengan Gunung Merapi, hanya sekira 15 KM saja di sisi timur.
Tak hanya berkeliling, ia juga mengelola taman bacaan di kediamannya. Diberi nama Rumah Baca Anagata.
"Saya kasih nama dari bahasa Sansekerta, artinya masa depan," imbuh dia.
Semua kegiatan sekarang dipusatkan di Rumah Baca tesebut.
Maklum, Vespa tua yang dikendarainya kadang mogok dan cukup sulit menempuh medan di pedesaan yang kurang baik.
Sasaran awal dari kegiatan itu memang anak-anak.
Selain bertujuan untuk meningkatkan minat membaca sejak dini, ia bilang dengan buku, anak-anak bisa dijauhkan dari pengaruh buruk gadget.
Kegiatan juga tidak hanya aktivitas membaca, serangkaian program juga dijalankan dengan aktivitas yang beragam.
• Diskominfo DIY akan Gelar Melek Literasi Informasi untuk Masyarakat
Mulai dari pelatihan pemanfaatan sosial media, membuat kerajinan kertas, pelatihan komputer, hingga kegiatan seni dan budaya.
"Anak-anak desa itu sebenarnya cerdas. Kadang di rumah mereka bisa berkreasi sendiri tanpa diajarkan sebelumnya. Mereka cuman kurang perhatian dan arahan," ungkap Sarsito.
Kini telah ada sembilan titik lokasi taman baca yang didirikannya.
Dengan begitu, kegiatan berkelilingnya juga sedikit berkurang dan bisa fokus berkegiatan di rumah.
"Paling saya keliling hanya mengganti koleksi buku saja di tiap titik, biar anak-anak tidak bosan," imbuhnya.
Satu program yang menarik dari Sarsito adalah program babon.
• Liburan Sekolah, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta Gelar Literasi Kreasi Anak
Ia menghadiahkan seekor ayam babon kepada anak yang meminjam buku dengan jumlah paling banyak.
Ia memilih ayam babon karena anak bisa mengkonsumsi telurnya sebagai sarapan pagi.
Kebiasaan sarapan pagi menurutnya sangat jarang menjadi perhatian pada masyarakat setempat.
"Kalau di-support dengan itu kan anak-anak bisa sarapan atau bekal, tinggal ceplok bisa sarapan sehat," urainya.
Sarsito mengaku cita-cita nya tidak muluk-muluk dalam kegiatan ini. Ia mengaku senang menjalankan aktivitas tersebut.
Dia hanya ingin anak-anak punya pola pikir yang luas dan bisa memandang persoalan dari berbagai sudut pandang.
"Ke depannya saya ingin anak-anak Merapi ini bisa berprestasi. Mereka hanya butuh wadah," pungkas dia. (*)