Kritik BPJS, Mahfud MD Ceritakan Kisah Koleganya yang Salah Diagnosa,Terpaksa Berobat ke Luar Negeri
Kritik BPJS, Mahfud MD Ceritakan Kisah Koleganya yang Salah Diagnosa,Terpaksa Berobat ke Luar Negeri
TRIBUNJOGJA.COM - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mohammad Mahfud MD merupakan salah satu tokoh yang aktif di media sosial Twitter.
Terbaru, Mahfud MD menyampaikan kritikan terhadap Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Dalam cuitannya, Mahfud MD mengungkap pemicu kecerobohan dokter di Indonesia, antara lain adalah bayaran BPJS yang kecil.
Kritik Mahfud terhadap BPJS ini bukan tanpa bukti, ia menceritakan soal pengobatan salah seorang sahabatnya Amarjit Sarma yang akhirnya terpaksa menjalani pengobatan di Kuala Lumpur, Malaysia.
Lewat akun twitternya @Mohmahfudmd pada Jumat (26/7/2019) Mahfud menceritakan bahwa Amarjit Sarma merupakan korban kecerobohan dokter di Jakarta.
“Masalahnya bukan keahlian dokter kita tapi kecerobohan yang membahayakan. Saya ketemu dia di bandara internasional Kuala Lumpur, Senin kemarin, saat sama-sama akan pulang ke Jakarta. Begini ceritanya,” cuit Mahfud mengawali kultwitnya.
“Diperiksa ke dokter X di Jakarta, tapi kata dokter tidak apa-apa, hanya soal asam lambung,” jelas Mahfud.
Namun saat diberi obat, sahabatnya itu tidak kunjung sembuh. Sehingga sahabatnya itu kembali ke dokter yang bersangkutan.
Tetapi si dokter tetap mendiagnosa hal yang sama dan memberikan terapi yang sama dengan sebelumnya.
“Malahan semakin sakit dan terus sakit,” kata Mahfud.
• Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif Dirawat di RS, Sudah 3 Hari Opname
Akhirnya sahabatnya itu berangkat ke Kuala Lumpur untuk berobat. Dibuat kaget, ternyata dokter di KL mendiagnosa sahabatnya itu terkena sakit jantung.
“Dokter jantung di RS tersebut kaget karena 99 persen saluran jantungnya sudah melengket dan dia harus dioperasi segera,” kata Mahfud.
Dari pemeriksaan di KL itulah akhirnya sahabatnya itu bisa sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasa.
Ia pun bertemu dengan sahabatnya itu di Bandara KL saat hendak pulang ke Jakarta.
Guru Besar dari Universitas Islam Indonesia itu mengkaitkan kisah sahabatnya itu dengan pengalamannya selama berobat di Indonesia.