VIDEO Temuan Ratusan Batu Candi di Bawah Jalur KA Yogya - Solo Diduga dari Situs Candi Buddha
Ratusan blok batu candi itu diduga kuat berasal dari bekas situs candi Buddha di Dusun Gupolo, sekitar 150 meter dari lokasi gorong-gorong.
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
Ratusan Blok Batu Candi Ditemukan Terkubur di Bawah Jalur Kereta Api Yogya - Solo Diduga dari Situs Candi Buddha
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Ratusan blok batu candi ditemukan terkubur di bawah jalur kereta api Yogyakarta - Solo.
Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah pun kemudian melaksanakan proses penyelamatan batu-batu candi itu pada Rabu (24/7/2019).
(Video ada di bagian akhir artikel ini)
Lokasi persisnya di titik talud dan gorong-gorong jalur ganda kereta Dusun Glonggong, Desa Kotesan, Kecamatan Prambanan, Klaten.
• Enam Temuan Menakjubkan Ini Bisa Ubah Kronologi Sejarah Purba Pulau Jawa
Fragmen-fragmen batu andesit bertakik dan berpola khas batuan candi itu ditemukan dalam waktu dua pekan terakhir.
Penemuan terjadi bersamaan pembongkaran pondasi dan dinding gorong-gorong jalur kereta yang membelah persawahan desa itu.
Sebagian besar batu-batu candi itu digunakan sebagai bagian pondasi dan dinding gorong-gorong, yang diduga dibangun sejak masa kolonial.

Ratusan blok batu candi itu diduga kuat berasal dari bekas situs candi Buddha di Dusun Gupolo, sekitar 150 meter dari lokasi gorong-gorong.
Dugaan ini disampaikan Rabiman atau Mbah Man, warga Dusun Glonggong. Rumah Mbah man ini hanya sekitar 100 meter dari lokasi temuan batu.
• Pusat Arkeologi Nasional Ungkap Jejak Manusia Purba di Gua Braholo
“Selain di titik ini, dulu juga pernah ditemukan batu-batu yang sama, jumlahnya jauh lebih banyak, di gorong-gorong sebelah timur. Dari sini jaraknya sekitar 200 meter,” kata Mbah Man.
Pria ini bukan sembarang orang. Ia pensiunan BPCB Jateng di bagian pemugaran. Pekerjaannya pencari batu candi selama puluhan tahun.

Seorang pencari batu, berdasar pengalaman dan ilmu titennya, bisa langsung mengidentifikasi batu-batu candi itu berasal dari bagian mana, posisinya seperti apa, dan cirinya bisa dipakai dasar identifikasi corak bangunan.
“Tadi saya lihat ada batu bagian sungkup. Artinya, dulu pernah ada bangunan berbilik. Juga ada kaki stupa, dan bagian arca,” kata Mbah Man.
• Saat Pulau Jawa Bagaikan Lautan Susu yang Diaduk Para Dewa
Berkat andil Mbah Man dan juga laporan pegiat komunitas Kandang Kebo pula, BPCB Jateng bertindak cepat menyelamatkan artefak-artefak sejarah ini.
Jika tidak dilakukan upaya cepat, dikhawatirkan batu-batu itu akan turut dipendam jadi pondasi lagi. Bahkan dihancurkan untuk material bangunan.
Beberapa blok batu terlihat jejak baru bekas bor mesin. Para pekerja bangunan yang menangani proyek gorong-gorong dan talud jalur kereta ini tidak mengetahui jika blok-blok batu itu bagian candi.

Denny Wahyu Hidayat SS MA dari BPCB Jateng memimpin langsung evakuasi 344 blok batu candi dari Dusun Glonggong.
Ia mengerahkan sekitar 12 tenaga pemugaran Candi Sewu untuk memindahkan dan mengangkut batu-batu itu ke lokasi yang lebih aman.
“Ini memang langkah cepat penyelamatan, karena dikhawatirkan bisa rusak atau salah penanganan jika dibiarkan di lokasi ini,” kata Denny di lokasi evakuasi.
• Penemuan Spektakuler! Manusia Purba Bumiayu Ini Jauh Lebih Tua dari Temuan Hominid Sangiran
“Kita belum memikirkan langkah berikutnya apa, yang penting kita amankan dulu. Tentang batu ini dari mana, belum kita lakukan kajian,” tambahnya.
Kembali merujuk keterangan Mbah Man, sepengetahuan dirinya sejak masih muda, jejak situs percandian memang ada di Dusun Gupolo.
• Kisah di Balik Penemuan The Lost Ganesha dan Lenyapnya Kampung Gepolo di Prambanan
Nama dusun itu kemungkinan besar ada kaitan dengan keberadaan arca dwarapala di dusun itu berpuluh-puluh tahun lalu.
Dua arca gupolo atau dwarapala, diangkat dan dipindahkan ke Sriwedari (Solo) pada masa lalu. Saat ini, kedua gupolo ditempatkan di kiri kanan gerbang masuk Museum Radya Pustaka Solo.
• Penemuan Fosil Monster Laut Purba Mosasaurus, Kerangka Masih Utuh Sepanjang 6-7 Meter
“Dulu, saya tidak ingat lagi persisnya, saat ada proyek pipanisasi Pertamina jalur Cilacap-Boyolali, alat berat menggali jalur di Dusun Gupolo di selatan jalur kereta api,” beber Mbah Man.
“Di satu titik, saya lihat alat berat itu mengaduk ratusan batu candi. Kedalamannya sekitar 1,5 meter. Sesudah pipa terpasang, saluran itu ditimbun lagi berikut batu-batu candinya,” imbuhnya.

Warga setempat turun temurun mendapati cerita bahwa di dusunnya ada keraton patih gupolo. Kisah itu mengiringi perjalanan tragis keruntuhan dan terpendamnya candi Budha di Dusun Gupolo.
Pada tahun 1864, peneliti Belanda, NW Hoepermans mendeskripsikan secara singkat lokasi situs arca raksasa di sebuah lokasi di sebelah timur Prambanan, arahnya di selatan jalan besar menuju Solo.
• Kisah di Balik Arca-arca Besar Maha Rsi Agastya dan Ganesha di Situs Gepolo Prambanan
Ia menulis, dua tiang (ukuran jarak) dari Prambanan, di jalan besar ke Solo, dan kemudian lurus ke bawah jalan, satu tiang melalui ladang sawahada tiga raksasa besar duduk di tanah.
Deskripsi itu ada di buku berbahasa Belanda “Hindhoe-oudheden van Java (1864-1867) terbitan Albrecht & Co (1914).
• Cita-cita Jadi Astronot Tak Lagi jadi Pilihan, Anak-anak Ingin jadi YouTuber
Terjemahan bebasnya kurang lebih demikian; “Penduduk asli menyebut patung-patung ini radjas gepollo (raja gupolo), berada di dekat desa bernama Tjebangan.”
Sedangkan ahli sejarah Brumund pada 1865 menulis berbeda tentang jejak kuna di lokasi yang sama. Ia hanya menerima pemberitahuan dari warga, ada dua patung raksasa dan batu-batu yang berserakan.(Tribunjogja.com/ Setya Krisna Sumarga)
Video penemuan batu candi: