Viral : Video The Avengers Menari Flashmob Tarian Jawa Beksan Wanara

Apa jadinya jika The Avengers menari tarian jawa? Ya, bisa saja terjadi seperti yang ada dalam video berjudul Avengers Flash Mob Tari Beksan Wanara

Editor: Mona Kriesdinar
YouTube
The Avengers menari tarian jawa 

Kocak ! Video The Avengers Menari Flashmob Tarian Jawa Beksan Wanara

TRIBUNJOGJA.COM - Apa jadinya jika para superhero The Avengers menari tarian jawa?

Ya, bisa saja terjadi seperti yang ada dalam video berjudul Avengers Flash Mob Tari Beksan Wanara ini.

Tapi ini bukanlah superhero Avegners sebenarnya, namun merupakan hasil orang animasi.

Pengumuman Resmi Film Thor 4 : Natalie Portman Bakal Jadi Thor Perempuan

Video ini langsung populer bahkan hingga Senin (22/7/2019) pagi ini kata kunci tarian jawa trending di Google.

Kata kunci tarian jawa itu mengacu pada video animasi Avengers yang menari Beksan Wanara.

Video tersebut diunggah oleh Hersa animation pada 14 Juli 2019.

Pembuka video adalah Captain America yang datang sambil membawa tameng ciri khasnya.

Terdengar musik gamelan ketika Captain America berjalan.

Ia menari sendiri selama 1 menit, kemudian disusul oleh Black Panther.

Untuk sementara mereka menari berdua, lalu Spiderman turun dengan jaringnya.

Tak lama, Iron Man muncul dari langit dengan baju supernya.

Total ada delapan anggota Avengers yang menari tarian jawa, di antaranya, Hulk, Thor, dan Black Widow.

Dalam judul video, dijelaskan tarian jawa yang diperagakan oleh Avengers adalah Beksan Wanara.

Apa itu Beksan Wanara? Dikutip dari Tribun Jogja, Beksan Wanara atau tari kethekan merupakan tarian klasik keraton Yogyakarta.

Tarian tersebut adalah tarian pakem dari Keraton dan ada unsur jogetan Mataram.

Tak hanya itu, tarian jawa ini juga melibatkan banyak penari.

Pada bulan Juni lalu, Beksan Wanara sempat dijadikan flashmob di Malioboro.

Flashmob tersebut dilakukan sejumlah anak muda sehingga mengundang banyak perhaian.

Flashmob Beksan Wanara

Anak-anak muda yang terlibat di dalamnya tak hanya sekadar menari saja, lebih dari itu, mereka ingin melestarikan dan menanamkan kecintaan pada kesenian tradisional pada anak muda milenial.

Pulung Jati Ronggomurti nampak sumringah saat menceritakan proses kreatif dari tarian Kethekan yang menyita perhatian pengunjung di Jalan Malioboro ini.

Pulung adalah koreografer tarian street art bercampur klasik yang dibawakan secara kekinian ini.

“Untuk koreografi saya memang menghendaki membawa tradisi berupa ragam tari keraton kethekan. Tarian ini adalah tarian pakem dari Keraton dan ada unsur jogetan mataram. Namun, memang ada paduan street art yang saya komposisi ulang,” ujar Pulung saat ditemui Tribun Jogja, Kamis (20/6/2019).

Pulung yang merupakan mataya atau penari Keraton yang masuk sebagai anggota Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Krida Mardawa ini menyebut tarian tersebut melibatkan banyak penari.

Separuh diantaranya merupakan penari di Krida Mardawa, sebagian berasal dari siswa SMKI, mahasiswi ISI jurusan tari.

“Saya susun ulang komposisinya karena melibatkan penari banyak dengan arah hadap non konvensional tidak tapal kuda atau harus menghadap penonton,” kata alumnus jurusan tari klasik ISI tahun 2017 ini.

Dia menjelaskan, flashmob yang disajikan itu merupakan campuran konsep modern dan klasik.

Untuk busana pun bukan formal “wayang” akan tetapi berupa pakaian kasual, namun gerakannya tetap memakai tarian tradisi.

“Saya mengistilahkan sebagai tradisi, keseharian, yang bercampur dengan modern. Ini adalah metode untuk mengenalkan ke kaum milenial melalui pendekatan kesenian,” ujarnya.

Pulung yang baru saja diwisuda sebagai abdi dalem ini memang sangat antusias mengkampayekan gerakan untuk mencintai dan melestarikan budaya.

Melalui seni tari klasik, dirinya ingin mengajak anak muda mau dan mampu mengapresiasi budaya dan kesenian adiluhung ini.

“Tidak hanya nguri-uri yang terkesan formalitas tapi nguruk-uruk. Saya juga berharap tarian klasik, kontemporer, modern bisa seimbang tidak menonjol satu sama lain dan menjadikan Yogya lebih istimewa,” paparnya.

Rencana untuk menampilkan kesenian di uji coba semi pedestrian Malioboro pun disambutnya dengan hangat.

Dia justru senang ketika Malioboro kembali menjadi tempat berkesian, guyub rukun para pegiat kesenian baik yang senior, maupun pecinta seni di wilayah ini.

Lain lagi cerita dari Putra Jalu Pamungkas, mataya Keraton Yogya yang lainnya.

Baginya, tari klasik adalah emas dan aset yang dimiliki Yogyakarta. Hal ini karena warisan leluhur-leluhur yang hingga saat ini masih lestari.

Jalu yang juga mahasiswa pascasarjana ISI ini juga menyebut tarian ini juga merupakan bagian untuk menuju pementasan Catur Sagatra pada tanggal 13 Juli mendatang.

Dia juga tak menampik jika hal ini juga merupakan bagian dari latihan sebelum pementasan.

“Kebetulan pas ada momen uji coba semi pedestrian. Kami kemudian mempromosikan konten dengan flashmob yang merupakan satu bagian dari cuplikan atau agenda yang akan kita pentaskan di catur sagatra,” urainya.

Jalu menjelaskan, melalui satu ragam gerak yang diulang-ulang ini akan menanamkan sebuah ingatan pada anak muda saat ini.

Dia juga menginginkan tarian klasik Yogya dapat dinikmati dengan kemasan yang berbeda.

“Jadi nanti ada kesan tarian klasik Yogya ini asyik juga,” ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved