Doa Niat Sholat Gerhana Bulan dan Waktu yang Tepat Menjalankannya

gerhana bulan sebagian akan dimulai pada pukul 01:42 WIB dan berakhir pada pukul 07:19 WIB

Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Iwan Al Khasni
NASA
ILUSTRASI Gerhana Bulan 

Rabu 17 Juli 2019 akan terjadi peristiwa astronomis berupa gerhana bulan sebagian. Peristiwa astronomis ini akan dimulai pada pukul 01:42 WIB dan berakhir pada pukul 07:19 WIB atau dengan total durasi gerhana bulan selama 5 jam 37,4 menit.

Jadi kapan waktu terbaik untuk menyaksikannya? Sebelumnya, Anda perlu tahu apa itu gerhana bulan.

Gerhana sebagian
Gerhana sebagian (Slooh via www.space.com)

Niat dan Tata Cara Shalat Gerhana Dua Rekaat serta Waktu Menyaksikan Gerhana Bulan 17 Juli 2019

Waktu Menyaksikan Gerhana Bulan 17 Juli 2019, Berikut Niat dan Tata Cara Shalat Gerhana Dua Rekaat

Gerhana bulan adalah adalah peristiwa ketika terhalanginya cahaya Matahari oleh Bumi sehingga tidak semuanya sampai ke Bulan.

Peristiwa yang merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan ini hanya terjadi pada saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya.

Sementara Gerhana Matahari adalah peristiwa terhalangnya cahaya Matahari oleh Bulan sehingga tidak semuanya sampai ke Bumi dan selalu terjadi pada saat fase bulan baru.

Berdasarkan rilis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gerhana bulan pada Rabu 17 Juli 2019 ini akan berlangsung selama 5 jam 37,4 menit.

Kapan waktu dimulainya gerhana?

Peta Gerhana Bulan Sebagian 17 Juli 2019 untuk Pengamat di Indonesia
Peta Gerhana Bulan Sebagian 17 Juli 2019 untuk Pengamat di Indonesia (BMKG)

Berikut panduannya supaya Anda bisa menentukan kapan waktu yang tepat untuk menyaksikan proses gerhana bulan sebagian pada 17 Juli 2019 ini

Pukul 01:42 WIB : mulai terjadinya gerhana
Pukul 03:01 WIB : mulai terjadi gerhana sebagian
Pukul 04:30 WIB : terjadinya puncak gerhana
Pukul 06:00 WIB : berakhirnya gerhana sebagian
Pukul 07:19 WIB : berakhirnya fase gerhana

Waktu Salat Gerhana

Berdasarkan proses terjadinya gerhana bulan, maka salat gerhana bisa dilaksanakan sebelum atau sesudah salat subuh. Namun lebih afdhal jika dilaksanakan sebelum waktu subuh.

Berikut merupakan keterangan lengkapnya sebagaimana yang dilansir PWMU.co

Tata Cara Shalat Gerhana

Berdasarkan Keputusan Mu’tamar Tarjih XX di Garut tahun 1396 H/1976 M dan ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan surat No. C/1-0175/77, berikut ini merupakan tata cara melaksanakan shalat gerhana:

Bila shalat gerhana Bulan dilakukan secara berjamaah niatnya adalah sebagai berikut:

أُصَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامً/مَأمُومًا لله تَعَالَى

Ushallî sunnatal khusûf rak‘ataini imâman/makmûman lillâhi ta‘âlâ.

Bila dikerjakan sendirian niatnya adalah sebagai berikut:

أُصَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ لله تَعَالَى

Ushallî sunnatal khusûf rak‘ataini lillâhi ta‘âlâ.

Apabila terjadi gerhana matahari atau bulan, maka imam dianjurkan mengajak masyarakat melakukan shalat gerhana berjamaah dengan seruan: “Ash-Shalatu Jami’ah”. Tanpa adzan dan iqamah, sebagaimana hadits riwayat Bukhari dari Aisyah RA.

Shalat gerhana dikerjakan sebanyak dua rakaat.

Pada setiap rakaat berdiri dua kali, rukuk dua kali, dan sujud dua kali.

Pada tiap berdiri membaca surah Alfatihah dan surat yang panjang dengan suara nyaring. Sehingga dalam setiap rakaat ada dua kali bacaan surah Alfatihah dan surah lain dari Alquran.

Bacaan pada berdiri yang kedua lebih pendek dari yang pertama.

Pada tiap rukuk membaca tasbih lama-lama. Bacaan tasbih pada rukuk yang kedua lebih pendek dari pada yang pertama. Berdasarkan hadis riwayat Bukhari, Muslim, dan Ahmad dari Aisyah RA.

Selesai shalat imam berkhutbah menyampaikan peringatan dan mengingatkan jamaah akan tanda-tanda kebesaran Allah.

Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadist yang artinya:

“Pada masa hidup Rasulullah SAW pernah terjadi gerhana matahari, lalu beliau keluar ke masjid, kemudian beliau bertakbir sedangkan orang banyak ikut bershaf-shaf di belakangnya.

Lalu beliau membaca bacaan panjang-panjang kemudian bertakbir untuk rukuk lama sekali, kemudian mengangkat kepalanya lalu mengucapkan:

“Sami’allahu liman hamidah, Rabbana wa lakalhamdu.”

Kemudian beliau berdiri lalu membaca bacaan panjang-panjang tetapi lebih pendek dari yang pertama kemudian bertakbir untuk rukuk lama sekali tetapi lebih pendek dari yang pertama.

Kemudian mengucapkan “Sami’allahu liman hamidah, Rabbana wa lakalhamdu”, lalu bersujud. Kemudian pada rakaat kedua beliau kerjakan seperti itu, sehingga seluruhnya merupakan empat kali rukuk dan empat kali sujud.

Dan matahari lalu nampak terang sebelum shalat selesai. Kemudian beliau bangkit berkhutbah dengan menyampaikan puji kepada Allah sebagaimana mestinya dan beliau mengatakan: Matahari dan bulan keduanya adalah tanda kebesaran Allah swt, gerhana tidak disebabkan oleh kematian dan kelahiran seseorang. Dan jika kamu menyaksikan hal itu maka segeralah shalat.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad dari Aisyah RA)

Imam juga menganjurkan agar masyarakat banyak berdoa, membaca istighfar, shadaqah dan segala amalan yang baik. Berdasarkan hadist yang artinya, “Pernah terjadi gerhana matahari, maka bangkitlah Nabi SAW shalat, dan bersabda: Apabila kamu saksikan hal yang serupa itu, maka segeralah kerjakan shalat, panjatkan doa dan mohon ampun kepada Allah.” [HR. al- Bukhari, Muslim, Ahmad dari Abu Musa al Asy’ari].

Juga riwayat al-Bukhari dari Aisyah dengan lafadz: “Apabila kamu saksikan hal itu, maka panjatkanlah doa kepada Allah dan bacalah Takbir dan kerjakan shalat dan bershadaqahlah.” (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved