Travel
Mengintip Sendang Bengkung, Mata Air Jernih di Bantul yang Tak Pernah Kering Meski Kemarau
Saat ini ada sekitar 50 keluarga di Padukuhan Cempluk, Desa Mangunan yang memanfaatkan mata air Bengkung untuk keperluan sehari-hari.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
Burung-burung terdengar berkicau, terbang bebas.
Menuju ke sumber mata air, pengunjung harus naik lagi, melewati jalanan setapak sepanjang sekira 200 meter.
Bagian kanan-kiri dari jalan ini hutan.
Terdapat sejumlah kayu berukuran cukup besar lapuk dan melintang.
Di tengah Hutan Mangunan, di bawah batu berukuran besar, ada sebuah bangunan berpintu satu.
Di balik bangunan itu menjadi pusat mata air.
Bunyi gemericik air mengalir terdengar jelas.
Namun, sayangnya pintu sumber mata air itu rapat terkunci.
• Menjajal Rute Bersepeda Sembari Menikmati Suasana Asri Pedesaan ke Gua Payaman Bantul
Tribunjogja.com beruntung bisa bertemu Suwandi, juri kunci mata air sekaligus juru kunci dari petilasan Sultan Agung.
Ia berkenan membukakan kunci pintu.
Terlihat dari balik bebatuan air jernih mengalir tanpa henti.
Air tersebut masuk ke bak penampungan, kemudian terhubung ke sejumlah pipa penyaluran.
Menurut Suwandi, Mata Air Bengkung sudah ada sejak puluhan atau bahkan ratusan tahun silam.
Ia tidak tahu tahun persisnya.
Namun, dikatakan olehnya, sejak tahun 1925 - 1928 mata air di Mangunan itu telah dibuat bangunan oleh Belanda.