Jawa
Festival Lima Gunung di Magelang, Tampilkan Lumbung Kekayaan Budaya Masyarakat 'Gunung'
Festival Lima Gunung (FLG) ke-18 Tahun 2019 dibuka meriah dengan kirab dan berbagai pertunjukkan seni budaya, Minggu (7/7/2019).
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Festival Lima Gunung (FLG) ke-18 Tahun 2019 dibuka meriah dengan kirab dan berbagai pertunjukkan seni budaya, Minggu (7/7/2019).
Bertempat di Padepokan Tjipta Boedaja, Dusun Tutup Ngisor, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang.
'Gunung Lumbung Budaya' menjadi tema festival kali ini, mengandung makna bahwa kekayaan budaya hingga saat ini masih tersimpan dan dimiliki oleh masyarakat desa atau gunung. Kekayaan budaya itu menjadi inspirasi masyarakat.
• Festival Lima Gunung ke-18 Digelar Lagi, Tampilkan 77 Kelompok Seni Lokal dan Mancanegara
"Di pedesaan, terdapat lumbung yang merupakan tempat menyimpan padi, dalam hal ini, menunjukkan tempat kekayaan budaya masyarakat di desa atau gunung.Nilai-nilai budaya ini yang menjadi inspirasi bagi masyarakat," kata Penanggung jawab Festival Lima Gunung ke-18, Sitras Anjilin, Minggu (7/7/2019) di sela kirab.
Meski menjadi lumbung budaya, kekayaan budaya masyarakat gunung bukan hanya kesenian rakyat dan tradisinya saja, tetapi nilai-nilai dari berbagai asepk kehidupan masyarakat di desa.
"Berbagai kearifan lokal juga menjadi kekuatan kehidupan mereka," kata Sitras.
Kirab sendiri dimulai sekitar pukul 13.00 WIB siang, menampilkan para peserta yang merupakan petani dari lima gunung.
Mereka mengelilingi Padepokan Tjipta Boedaja searah jarum jam, kemudian berhenti di makam Roso Yoso Soedarmo.
Di sana, mereka berdoa sejenak untuk sang pendiri padepokan seni yang berdiri sejak tahun 1937 silam.
• Ribuan Penari, Seniman dan Masyarakat Gugur Gunung Semarakkan Festival Lima Gunung XVII
Kirab mengelilingi padepokan seni sebanyak satu kali dan searah jarum jam oleh para seniman tersebut, melambangkan arah kehidupan yang berjalan dari arah kanan ke kiri.
Acara pun dilanjutkan dengan penampilan seni dari berbagai sanggar dan kelompok seni yang datang dari berbagai daerah.
Sisi menarik lainnya, panggung sendiri dihias dengan hiasan burung garuda raksasa, melambangkan burung garuda sebagai simbol persatuan.
Sepanjang jalan dihiasi hiasan yang terbuat dari bahan-bahan lokal.
Panitia FLG, Riyadi menyebut, ada 77 kelompok seni dari berbagai daerah, bahkan ada juga dari macanegara.