Sleman
Persedian Air di Sambirejo Menipis
Karena air adalah kebutuhan yang berharga di sana, maka warga harus bergilir untuk mendapatkannya.
Penulis: Santo Ari | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Memasuki bulan Juli, debit air bersih warga Dusun Gedang, Sambirejo, Prambanan semakik berkurang.
Seperti yang diceritakan Yatimin (45), kondisi kekurangan air sudah dirasakan warga sejak bulan April kemarin.
Saat ditemui Rabu (3/7/2019) Yatimin mengatakan, meski di dusunnya sudah ada sumur bor, namun kondisi seperti ini terus berulang setiap musim kemarau.
Hal itu diarenakan sumur bor yang hanya berkedalaman 50 meter tidak dapat menjangkau kebutuhan semua warga.
• Lebih dari 100 Ribu Jiwa Terdampak Kekeringan di Gunungkidul
"Apalagi saat musim kemarau seperti ini pasti tidak ada air," ujarnya.
Meski di dusunnya ada jaringan air bersih, namun itu pun tidak cukup membantu warga dalam mendapatkan air bersih. Padahal warga sudah membayar Rp 5 ribu per meter kubik.
"Ada jaringan air air, tapi juga seret airnya," keluhnya.
Karena sumur bor, dan jaringan air bersih tak dapat diandalkan, maka warga memenuhi kebutuhan air sehari-hari dengan mengandalkan satu sumur yang dibuat swadaya oleh warga yang terletak di bawah jurang.
Bagi warga yang rumahnya dekat dengan sumur itu, mereka bisa menampung air di tong.
Untuk kemudian disalurkan ke rumah dengan menggunakan mesin pompa.
Namun aktivitas tersebut juga tidak bisa dilakukan setiap hari.
Karena air adalah kebutuhan yang berharga di sana, maka warga harus bergilir untuk mendapatkannya.
• Atasi Kekeringan, ACT Distribusikan Lebih dari 50.000 Liter Air ke Gunungkidul dan Lombok
"Yang penting untuk kebutuhan sehari-hari dicukup-cukupkan saja. Asal bisa buat masak dan mandi," ucapnya.
Karena kondisi tersebut, ia bersama warga lain berharap ada bantuan droping air dari pemerintah di sana.
"Sampai hari ini belum ada bantuan," ungkapnya.
Ia memprediksi, jika kondisi ini terus berlangsung, maka pada bulan Agustus atau saat puncak musim kemarau, persedian air di sana akan habis.
Kondisi serupa juga dialami oleh warga di Dusun Kikis, Sambirejo, Prambanan yang selalu menjadi langganan kekeringan tiap tahunnya.
Sugiyem (62) warga Kikis mengungkapkan di sana sebanarnya ada PAM, namun air yang mengalir hanya kecil.
"Kadang yang keluar malah cuma angin," keluhnya.
Ia pun berharap ada bantuan dari pemerintah.
Sembari menunggu bantuan, pihak warga sebenarnya sudah berupaya dengan tetap mencari sumber air baru.
"Sebenarnya butuh air, tapi tidak tahu kok hingga kondisi seperti ini belum dapat bantuan," bebernya.
• 84 Hektare Padi di Dlingo Kekeringan
Sementar itu Kabid Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Makwan yang dihubungi secara terpisah mengungkapkan hingga saat ini pihaknya belum menerima permintaan droping air dari masyarakat.
Sementara untuk kondisi Kikis sendiri, BPBD Sleman sebelumnya sempat melakukan survei di sana.
"Sumur bor di Kikis masih ada air walaupun debitnya berkurang, sejauh ini masih cukup," terangnya.
Terkait musim kemarau yang melanda, pihaknya memprediksi permintaan droping air akan mulai banyak saat puncaknya yakni pada bulan Agustus.
Sebagai upaya antisipasinya, pada anggaran perubahan nanti pihaknya akan mengusulkan tambahan tangki air menjadi sebanyak 200 tangki di mana setiap tangkinya berisi 5000 liter air.
Adapun sebelumnya untuk mengantisipasi kemarau telah dianggarkan 75 tangki air.(TRIBUNJOGJA.COM)