Kisah Sukses Paidi, Pemulung yang jadi Miliarder setelah Tanam Umbi Porang
Tak hanya ingin menularkan ilmu bertanam porang, Paidi juga ingin memberangkatkan seluruh petani di desanya untuk umrah ke Tanah Suci secara gratis.
Tak hanya ingin menularkan ilmu bertanam porang, Paidi juga menginginkan seluruh petani di desanya bisa berangkat umrah ke Tanah Suci secara gratis.
Untuk mengumrahkan petani yang tidak mampu, Paidi memberikan bibit bubil (katak) sebanyak 30 kilogram gratis kepada petani.
Petani yang mendapatkan bantuan bibit dari Paidi harus menanam dan merawatnya hingga bisa meraih panen dalam jangka waktu dua tahun.
Bila dihitung, panen porang dengan bibit bubil 30 kg bisa menghasilkan Rp 72 juta.
“Uang hasil panen itu bisa untuk memberangkatkan umrah pasangan suami istri. Tetapi kalau panen lebih dari itu, sisa uangnya kami berikan kepada petani,” ujar Paidi.
Paidi menyebutkan, sejauh ini sudah 15 petani yang berangkat umrah setelah mendapatkan bantuan 30 kg bibit bubil. Harapan ke depan, makin banyak petani yang bertanam sehingga bisa berangkat umrah.
Terinspirasi Paidi
Sementara itu, Kepala Desa Kepel Sungkono menyatakan, banyak warganya ikut menanam porang karena terinspirasi dengan kisah sukses Paidi.
Dua tahun terakhir, hampir 85 persen warga di Desa Kepel menanam porang. Warga tertarik menanam porang karena harganya yang terus naik dan penanamannya yang lebih mudah.
Sebelumnya, warga setempat banyak mengandalkan bertani cengkeh dan durian. Namun, nilai hasil panen tidak sebesar jika dibandingkan dengan porang.
“Tahun lalu penjualan porang di desa kami tembus hingga Rp 4 miliaran. Warga yang memiliki lahan seluas satu hektare bisa meraih untung hingga Rp 110 juta,” kata Sungkono.
Sungkono mengatakan, dengan revolusi pola tanam baru, umbi porang yang dihasilkan jauh lebih banyak dibandingkan dengan penanaman di bawah tegakan. Perbandingannya mencapai enam kali lipat dibandingkan dengan pola tanam konvensional.
“Dengan menanam porang, warga cukup nandur sepisan, panen selawase (tanam sekali, panen selamanya),” ujar Sungkono.
BUMDes Porang
Untuk membantu petani mengembangkan porang, Desa Kepel memiliki badan usaha milik desa (bumdes) yang akan mengurusi porang mulai pembibitan biar bisa jual sendiri.