Bantul
Kampoeng Mataraman Olah Hasil Bumi Warga Jadi Berbagai Menu Menarik
Selain menikmati berbagai sajian makanan dan cemilan, pengunjung juga bisa berbelanja berbagai barang kerajinan hasil karya warga setempat.
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja Alexander Ermando
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Jakencruk, Seruni, hingga Bir Mataraman. Sekilas nama-nama tersebut bisa membuat dahi berkerut.
Belum lagi dengan nama menu makanan seperti Jembak, Genjer, hingga Lompong. Nama yang tentunya kurang familiar bagi awam.
Namun nama-nama unik tersebut sungguh ada dan bisa ditemukan di Kampoeng Mataraman.
Rumah makan multifungsi ini berada di Jalan Ring Road Selatan, Glugo, Panggungharjo, Sewon, Bantul.
Tribunjogja.com pun berkesempatan untuk bertemu dengan Manajer Kampoeng Mataraman Nuzulina, yang menjelaskan berbagai nama unik tadi.
• Pepadi Bantul Gelar Festival Dalang Anak dan Dalang Muda di Kampoeng Mataraman
"Jakencruk itu singkatan dari Jahe-Kencur-Jeruk, kalau Seruni itu Sereh-Jeruk Nipis. Itu nama minuman yang ada di sini," jelas Nuzul saat ditemui pada Selasa (18/06/2019) siang.
Sementara, Bir Mataraman merupakan jenis minuman yang menggunakan bahan rempah-rempah berupa jahe, sereh, kapulaga, kayu manis, akar alang-alang, hingga jeruk nipis.
Meski menyandang nama Bir, minuman ini sama sekali tidak mengandung alkohol.
Bir ini pun disajikan hangat.
Sedangkan Jembak, Genjer, dan Lompong atau batang Talas merupakan nama-nama sayuran yang disajikan sebagai menu di Kampoeng Mataraman tersebut.
Ada pula Oseng Kembang Turi hingga Kembang Gedang.
Semuanya merupakan makanan tradisional khas warga desa.
"Menu unggulan kami salah satunya juga Mangut Lele, di mana lelenya diasap terlebih dahulu kemudian dimasak dengan bumbu mangut," kata Nuzul yang menjabat sebagai manajer sejak September 2018 lalu.
• Jakencruk dan Bir Mataraman Minuman Khas Kampoeng Mataraman
Nuzul menjelaskan, konsep tradisional, alam, dan desa memang menjadi andalan salah satu unit BUMDes Panggungharjo ini.
Konsep tersebut bahkan diterapkan pada bangunan yang ada di lahan seluas total 6 hektar tersebut.
Menariknya, seluruh bahan makanan dan minuman berasal dari hasil bumi warga setempat.
Pihak restoran membeli dari mereka.
Sejumlah warga pun turut direkrut untuk menjadi pegawai di Kampoeng Mataraman.
"Warga yang direkrut adalah yang rentan secara ekonomi. Ini juga menjadi bagian dari pemberdayaan masyarakat," jelas Nuzul.
Kampoeng Mataraman juga didesain agar pengunjung serasa di rumah sendiri.
Apalagi semboyannya adalah "Milih Ndeso" alias balik ke desa.
Tak heran, suasana tenang disertai angin semilir pun sangat terasa menyenangkan di sini.
Pengunjung yang datang bisa langsung mengambil makanan yang disajikan secara prasmanan.
Setelahnya, mereka tinggal membayar ke kasir.
Bahkan mereka juga diijinkan untuk membayar setelah makan atau saat akan pulang.
"Di sini kami menerapkan sistem saling percaya dan kejujuran," kata Nuzul.
Mengenai harga, jangan khawatir.
Sebab seporsi nasi sayur dengan berbagai lauk pauk disertai minum dibanderol dengan harga yang ramah kantong.
Selain menikmati berbagai sajian makanan dan cemilan, pengunjung juga bisa berbelanja berbagai barang kerajinan hasil karya warga setempat.
Sebagian di antaranya merupakan hasil daur ulang sampah, yang juga menjadi salah satu program BUMDes.
• Besok, Ratusan Tokoh Lintas Kalangan Akan Mancing dan Melukis di Kampoeng Mataram
Kampoeng Mataraman pun juga biasa dijadikan sebagai tempat pelaksanaan berbagai kegiatan.
Salah satunya adalah Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) yang berlangsung pada 4-21 Juli 2019 nanti.
"Nanti di sini akan ada Pasar Kuliner dan Pasar Kesenian," jelas Nuzul.
Tidak sulit untuk mencapai Kampoeng Mataraman, sebab lokasinya persis di pinggir Jalan Ring Road.
Jika dari Simpang Ring Road Parangtritis, tinggal berbelok ke kanan.
Tak jauh dari situ pintu masuk Kampoeng Mataraman sudah terlihat.
Kampoeng Mataraman sendiri buka setiap harinya mulai pukul 09.00 WIB hingga 21.00 WIB.(TRIBUNJOGJA.COM)