Kisah Pertemuan Korban Gempa Jogja Asal Bantul Setelah Terpisah Selama 13 Tahun
pertemuan anggota keluarga asal Bantul itu berawal laporan dari seseorang bernama Agustinus Tri ke Polsek Jogonalan
Sujiman dan istirnya Rubinem, telah terbangun dari peraduannya. Sejak pukul empat dini hari, mereka telah sibuk didapur menyiapkan aneka masakan. Sujiman pagi itu telah selesai menanak nasi dan bubur.
Ibu Rubinem memasak sayuran. Pasangan keluarga ini dikenal sebagai penjual nasi dan bubur serta masakan dikampung Protobayan.
Nasi, bubur dan nampan yang berisi masakan sayur telah siap. Satu persatu dibawa dari dapur menuju depan rumah Sujiman untuk dijajakan. Kala itu, belum genap pukul enam pagi, ketika tiba-tiba Bumi di protobayan berguncang hebat.
Dalam hitungan detik. "Rumah saya ambruk. Semua dinding dan gentengnya runtuh," kata Sujiman, menceritakan.
Beruntung, Sujiman dan istrinya, Rubinem selamat dari tragedi pagi buta itu.
"Kedua anak saya juga selamat. Cucu saya bernama Desti Novita Sari, patah pada kaki kanannya. Karena keruntuhan tembok," tuturnya.
Saat itu, Sujiman belum tahu persis apa yang terjadi. Ia menyaksikan detik itu kampung Protobayan berubah mencekam. Tidak ada kokok ayam pagi. Listrik padam. Ia melihat semua rumah tetangganya ambruk.
"Sepanjang sungai opak, di kampung Protobayan ini tidak ada rumah yang berdiri. Semuanya ambruk," kenang dia.
Sujiman melihat semua anggota keluarganya selamat. Ia bersyukur. Yang pertama ia lakukan adalah menyelamatkan cucunya, Desti--yang saat itu masih kelas dua SD--dari reruntuhan tembok.
"Ketika tubuh cucu saya angkat. Kaki kanannya kiwir-kiwir, [patah]," terang Sujiman.
Di antara rasa kalut dan panik. Ia segera membawa cucunya itu ke pengobatan alternatif sangkal putung. Penyembuhan patah tulang.
Namun tak sanggup. Sujiman lantas melarikan ke Rumah sakit Bethesda.
"Di Rumah sakit disarankan untuk dioperasi. Akhirnya saya bawa ke PKU Bantul. Dioperasi disana," cerita Sujiman.
Hari-hari pasca tragedi gempa, menjadi hari yang paling berat.
Sujiman beserta anggota keluarganya, dan warga terdampak lainnya tinggal di barak pengungsian. Barak ini terletak di gudang bekas kayu di kampung Protobayan.