Kuliner

Akhir Pekan, Enaknya Menikmati Sajian Makanan Tradisional Bernuansa Desa di Joglo Mbah Lurah Bantul

Akhir Pekan, Enaknya Menikmati Sajian Makanan Tradisional Bernuansa Desa di Joglo Mbah Lurah Bantul

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hari Susmayanti
Tribun Jogja/Ahmad Syarifudin
Suasana rumah makan Joglo Mbah Lurah Bantul 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Mengambil konsep Limasan, Rumah Makan Joglo Mbah Lurah menjadi tempat cukup nyaman untuk mencicipi sajian makanan enak.

Menu yang disajikan di tempat ini adalah makanan tradisional khas masyarakat pedesaan.

Misalkan saja, untuk menu minuman, rumah makan yang terletak di Ngibikan, Jayan, Desa Canden, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul ini menyajikan olahan dari rempah-rempah yang lazim ditemukan di desa.

Ada seduhan serai, jahe, setup buah dan teh.

Teh di sini berbeda dari yang ada di tempat lain.

Bersepeda Ke Cagar Budaya Masjid Wotgaleh

Minuman teh disajikan dengan campuran rempah-rempah seperti serai, jahe, daun jeruk, cengkeh dan kayu manis.

"Jadi wanginya bukan hanya teh tapi bercampur dengan rempah-rempah," kata Oktavolama, Manager Joglo Mbah Lurah.

Rumah makan yang berlokasi dekat pematang sawah ini berkonsep Jawa.

Bangunan berbentuk Limasan, berbahan kayu. Lengkap dengan perabotan-perabotan antik.

Bersantai di tempat ini terasa mengesankan, seakan kita diajak untuk pulang ke kampung halaman.

Dikelilingi pohon-pohon rindang yang meneduhkan, rumah makan Joglo Mbah Lurah sangat nyaman untuk bersantai, berkumpul dan mengenyangkan perut.

Melihat Proses Olahan Limbah Kertas Jadi Barang Seni

Menu makanan yang disajikan di tempat ini menggugah selera, khas desa, ada sayur lodeh, sayur sop, ayam goreng kering, tempe dan telur. Ada pula sambal terasi.

Menu sayur lodeh di Rumah Makan Joglo Mbah Lurah Bantul.
Menu sayur lodeh di Rumah Makan Joglo Mbah Lurah Bantul. (Tribun Jogja/Ahmad Syarifudin)

Kedepan, kata Oktavolama rumah makan Joglo Mbah Lurah akan dilengkapi juga dengan menu-menu makanan desa yang mulai jarang ditemukan. Semisal, sayur lompong dan jantung pisang.

"Kita akan mencoba mengeksplore, menghidupkan kembali makanan-makanan desa zaman dulu, untuk dinikmati kembali," tuturnya.

Menu makanan tradisional desa yang dianggap sebagai masakan kampung, menurutnya tidak kalah enak dengan makanan kekinian.

Bahkan lebih menyehatkan.

"Nyatanya orang-orang desa yang makan makanan tradisional tetap panjang umur," kelakar dia.

Tempa garit yang menjadi salah satu menu khas di rumah makan Joglo Mbah Lurah Bantul
Tempa garit yang menjadi salah satu menu khas di rumah makan Joglo Mbah Lurah Bantul (Tribun Jogja/Ahmad Syarifudin)

Menikmati Gemerlap Yogyakarta dari Puncak Sosok Bantul

Joglo Mbah Lurah dilengkapi pula dengan ruang pertemuan.

Kata Oktavolama sangat representatif digunakan oleh komunitas ataupun keluarga untuk menggelar berbagai kegiatan. Terlebih tempatnya teduh, nuansa desa, jauh dari pusat kota dan sepi dari keramaian.

"Sehingga kegiatan komunitas di sini bisa lebih fokus," ujar dia.

Untuk pemesanan, menurut Oktavolama, komunitas yang mau datang bisa langsung saja DM di IG Joglombahlurah.

Biaya makan di tempat ini cukup murah, satu orang berkisar antara Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu.

"Bayar segitu sudah termasuk makan minum dan suguhan camilan. Camilan di sini ada pisang goreng, pisang rebus dan kacang rebus," urai dia. (Tribunjogja I Ahmad Syarifudin)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved