Jawa
Aksi Ratusan Pelajar Bersihkan Candi Borobudur di Hari Purbakala Nasional
Aksi bersih Candi ini sebagai aksi yang nyata untuk mengenalkan upaya pelestarian cagar budaya kepada anak-anak muda.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Hari ini, Jumat (14/6/2019), suasana Candi Borobudur tampak berbeda dari biasanya.
Candi agung itu tak hanya dipenuhi oleh para wisatawan saja, tetapi juga pelajar, mahasiswa, dan masyarakat yang datang dari berbagai lapisan.
Dengan membawa sapu, sikat kecil, serokan, mereka melakukan aksi bersih candi.
Semangat mereka tak lain adalah untuk menjaga dan melestarikan situs warisan budaya dunia yang juga warisan luhur budaya bangsa tersebut.
• 5 Inspirasi Gaya Lebaran Ala Yaseera yang Bakal Bikin Penampilanmu Tetap Kece
Dengan penuh hati-hati, Nita Utami (16), seorang pelajar SMK Al Huda Salaman, itu menyikat batuan candi peninggalan Raja Samaratungga pada abad ke-9 tersebut.
Debu-debu yang menempel disikat perlahan-lahan. Begitu juga lumut, atau jamur yang tumbuh, juga dibersihkan.
Mulai lantai pertama, memutari arah jarum jam, kemudian tingkat selanjutnya sampai lantai paling atas.
Nita tak hanya sendiri.
Ia ditemani oleh ratusan pelajar lainnya dari berbagai sekolah di Kabupaten Magelang.
Para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi juga tampak ikut.
Begitu pun puluhan masyarakat dan komunitas pemerhati cagar budaya.
Ada yang menyapu halaman candi.
Ada yang membersihkan batu dan relief candi.
• Tidar Selatan Masuk 3 Besar Evaluasi Perkembangan Kelurahan se-Jateng 2019
Mereka tak merasa malu, justru sangat bersemangat.
Para pengunjung pun sesekali berhenti untuk sekedar memotret kegiatan peserta.
Mereka juga memberikan pujian kepada mereka.
"They are doing good. Apa yang mereka lakukan perlu untuk dicontoh," kata Benedict, seorang wisatawan asing asal Inggris, menanggapi aksi bersih candi.
"Saya tidak malu, justru bangga dan senang dapat ikut dalam aksi bersih candi ini. Menurut saya, Candi Borobudur adalah warisan luhur bangsa kita yang mesti kita jaga, rawat dan lestarikan. Saya sebagai generasi muda memiliki kewajiban untuk turut merawatnya," kata Nita saat ditemui Tribunjogja.com ketika membersihkan lapisan batuan candi.
Aksi Bersih Candi ini bukan sekedar aksi remeh saja.
Aksi ini untuk memperingati Hari Purbakala Nasional ke-106 yang jatuh pada tanggal 14 Juni 2019 ini, dengan harapan, peringatan hari purbakala tak hanya dijadikan sebagai selebrasi tahunan saja, tetapi harus bermakna, juga dibarengi dengan aksi yang nyata.
Kepala Balai Konservasi Borobudur, Tri Hartono, mengatakan, Candi Borobudur adalah salah satu warisan budaya bangsa yang luhur yang perlu untuk dijaga.
• Curi Motor Milik Pemancing, 2 Warga Magelang Dibekuk Polres Kulon Progo
Para generasi muda sebagai generasi penerus perlu untuk belajar merawat dan melestarikannya.
Aksi bersih Candi ini sebagai aksi yang nyata untuk mengenalkan upaya pelestarian cagar budaya kepada anak-anak muda.
"Melalui aksi bersih candi ini kami ingin mengenalkan mereka cara merawat dan melestarikan cagar budaya. Membersihkan cagar budaya tak gampang, memerlukan ketelatenan, keajegan, agar cagar budaya yang kita pelihara dapat lestari. Para generasi muda ini kami ajak agar mereka dapat belajar, kemudian tumnuh rasa peduli. Mereka kemudian dapat mengenalkan teman-teman disekolahnya, sehingga rasa kepedulian dengan cagar budaya semakin tumbuh. Bahkan dengan harapan, mereka ini dapat menjadi relawan pembersih bangunan candi," kata Tri, Jumat (14/6/2019) di sela-sela aksi bersih candi.
Tri mengatakan, Candi Borobudur, cagar budaya yang berusia ribuan tahun, masih rentan terhadap kerusakan.
Kerusakan ini baik dari ancaman biologis, atau bahkan pelapukan secara fisik.
Balai Konservasi Borobudur pun mulai kembali pada perawatan tradisional, ketimbang menggunakan cara-cara kimia yang dapat merusak struktur batuan candi.
Pembersihan batuan candi lebih menggunakan cara mekanis dengan alat-alat sederhana.
Petugas konservasi menggunakan air untuk membersihkan debu dan kotoran pada batuan candi dengan cara disemprot.
Metode kering dengan cara disapu atau disikat secara halus.
• Tiga Kali, Adi Waryanto Dilantik Menjadi Pj Sekda Kabupaten Magelang
"Kami mengurangi pembersihan dengan cara kimia, karena berdampak negatif pada lingkungan dan batu itu sendiri. Air bilasan larutan kimia mengandung asam tingi yang dapat mengganggu batu candi. Cara basah dengan air tekanan tinggi, tapi kalau terlalu keras, batu terlalu rapuh, bisa rusak. Pembersihan lebih kepada metode kering dan basah. Asal kita telaten bangunan tidak akan ditumbuhi debu, ataupun jamur, lumut, ganggang yang bisa merusak. Tergantung cuaca juga, kalau kemarau, jamur lumat tidak tumbuh. Kalau musim hujan air menempel pada batu dan kelembapan tinggi, sehingga pembersihan kita tingkatkan dua kali," katanya.
Tri menambahkan, untuk melestarikan Candi Borobudur tidak menjadi tanggung jawab pemerintah atau BKB saja, tetapi juga pihak secara dinamis dan dilakukan tidak hanya secara fisiknya lestari tetapi juga memberikan kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
"Aktualisasi revitalisasi nilai-nilai yang terkandung di candi dapat dilakukan untuk pemajuan kebudayaan dan peningkatan taraf hidup dan sosial masyarakat di kawasan Borobudur," kata Tri.
Selain membersihkan candi, Hari Purbakala Nasional ke-106 di Kabupaten Magelang juga dirayakan dengan upacara Hari Purbakala di Halaman Kantor BKB.
Kemudian ada kegiatan Belajar Baca Relief Yuk dengan mengajak para pelajar untuk membaca, memahami, serta memaknai relief Candi Borobudur.(*)