Kota Yogyakarta
Haryadi: Semua Bisa Mengakses Malioboro
Kawasan semipedestrian bertujuan untuk menata wajah Kota Yogyakarta menjadi lebih baik dan tidak bertujuan untuk memudahkan akses bagi semua pihak.
Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Wali Kota Yogyakarta Hariyadi Suyuti menegaskan bahwa penataan Malioboro menjadi kawasan semipedestrian bertujuan untuk menata wajah Kota Yogyakarta menjadi lebih baik dan tidak bertujuan untuk memudahkan akses bagi semua pihak.
"Kita rapatkan di provinsi tentu menyangkut beberapa aspek yang menjadi perhatian kita. Yang jelas akses ini akan kita berikan dengan tetap tidak menggunakan kendaraan (bermotor)," jelasnya, di ruang kerjanya, Kamis (13/6/2019).
Ia mengatakan, selama ini upaya yang dilakukan pemerintah bekerjasama dengan pihak kepolisian adalah menerapkan rekayasa lalu lintas.
Namun hal tersebut dianggap bukan sebagai penyelesaian terbaik yang bisa diterapkan untuk jangka panjang.
• PT AMI Siap Tambah Halte Bus Trans Jogja di Malioboro
"Uji coba ini untuk ke depan, karena sistem yang selama ini menggunakan rekayasa lalu lintas. Itu mau sampai kapan? Rekayasa ini ibaratnya pesawat yang mau landing di Yogya tapi harus muter-muter dulu di atas, tapi ujung-ujungnya landing. Sama seperti rekayasa, panjang dan harus muter-muter," terangnya.
Terkait pembatasan akses yang dikeluhkan beberapa kelompok Komunitas di Malioboro, Haryadi angkat bicara. Ia mengatakan bahwa pedestrian Malioboro memberikan akses publik, baik pelaku pedagang di Malioboro maupun pelanggan.
Mereka bisa parkir di luar pedestrian Malioboro dan berjalan kaki menuju area tersebut.
"Kita tetep konsen dan menerima masukan. Tapi kami sampaikan lagi bahwa perkembangan ke depan akan seperti ini. Ini akan ada pemecahan solusi. Kita mau berkembang jadi harus berpikir positif," tegasnya.
Sebelumnya, Ketua Paguyuban Kusir Andong Yogyakarta (PKAY) Purwanto mengatakan bahwa mereka mendukung dan telah menyiapkan diri untuk mengikuti program pemerintah tersebut.
"Kami menjalankan saja. Semoga yang telah menjadi program pemerintah ini dapat menyejahterahkan kita semua. Kami di sini mencari nafkah dengan harapan bisa menambah pendapatan," jelasnya.
• Kusir Andong dan Tukang Becak Dukung Penerapan Semi Pedestrian Malioboro
Ia mengatakan, keberadaan andong di Kota Yogyakarta, khususnya Malioboro bukanlah sebagai alat transportasi utama.
Menurutnya, ia dan teman-teman kusirnya masih memegang teguh profesi mereka sebagai bentuk nguri-nguri budaya.
"Usulan saya, sesegara mungkin dilakukan pedestrian murni seperti yang pemerintah programkan. Kami sudah berbenah dan menata diri sejak 2016. Kami mematuhi Perda yang ada untuk program yang ada," bebernya.
Berbenah diri yang ia maksudkan adalah melengkapi segala perizinan andong sehingga layak untuk operasional.
Mulai dari mengurus nomor andong, mengantongi surat izin operasional kendaraan tidak bermotor (SIOKTB), lampu, bel, dan sebagainya.
"Ada seleksi juga yang dihadiri Kadishub kota. Kalau nggak memenuhi syarat, nggak bisa (operasional). Mereka yang nggak tertib juga nggak bisa (operasional)," ucapnya.(TRIBUNJOGJA.COM)
