Kisah Heru Suparwaka, Petugas Pengamatan Gunung Merapi, Sering Lalui Momen Lebaran Tanpa Keluarga

Kisah Heru Suparwaka, Petugas Pengamatan Gunung Merapi, Sering Lalui Momen Lebaran Tanpa Keluarga

Editor: Hari Susmayanti
KOMPAS.com / WIJAYA KUSUMA
Heru Suparwaka saat mengamati aktivitas Gunung Merapi dari layar monitor di Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang 

Ketiga pengamat di pos Kaliurang ini harus bergiliran untuk menjalankan tugas mengamati aktivitas Gunung Merapi.

Sebab, pos pengamatan tetap harus berjalan selama 24 jam non stop. Setiap hari, pengamat harus membuat laporan aktivitas Gunung Merapi.

Kisah Perjuangan Para Pemudik Pulang Bertemu Keluarga, Ada yang Jalan Kaki Jakarta-Jogja

Saat aktivitas di atas normal seperti sekarang ini, Heru dan petugas lainya membuat laporan setiap enam jam.

"Alat-alat ini kan beroperasi selama 24 jam, kami terus amati data yang masuk, jadi kalau tidak tidur sudah biasa. Sakarang ini saja saya belum tidur dua hari," urai dia.

Jarang pulang rumah

LAVA PIJAR - Lava pijar meluncur dari kubah lava baru di puncak Gunung Merapi, merayapi dinding kubah ke arah hulu Kali Gendol di sisi tenggara puncak gunung, terpantau dari Dusun Balerante, Kemalang, Klaten, Minggu (13/1/2019) malam. Rangkaian luncuran berlangsung hingga Senin (14/1/2019) pagi. Jarak luncuran tergolong pendek dan tidak membahayakan warga di sisi elatan dan tenggara.
LAVA PIJAR - Lava pijar meluncur dari kubah lava baru di puncak Gunung Merapi, merayapi dinding kubah ke arah hulu Kali Gendol di sisi tenggara puncak gunung, terpantau dari Dusun Balerante, Kemalang, Klaten, Minggu (13/1/2019) malam. Rangkaian luncuran berlangsung hingga Senin (14/1/2019) pagi. Jarak luncuran tergolong pendek dan tidak membahayakan warga di sisi elatan dan tenggara. (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumarga)

Selama sebagai pengamat, separuh waktunya dihabiskan di pos pengamatan untuk mengamati aktivitas Gunung Merapi.

Aktivitasnya ini membuat Heru jarang pulang ke rumah. Apalagi pada saat aktivitas Gunung Merapi sedang meningkat, ia bisa berhari-hari tidak pulang ke rumah.

Kalau pun pulang, hanya mengambil baju ganti lantas berangkat lagi ke pos lagi. Heru menceritakan, pada saat erupsi tahun 2010, ia cukup lama tidak pulang ke rumah.

Ia berpesan kepada istri dan anaknya agar tidak menghubunginya ketika kangen atau hanya sekadar untuk menanyakan kabar.

Tiga Hari Hilang, Tim SAR Temukan Regil dalam Keadaan Selamat di Tengah Laut

Sebab, hal itu akan menganggu konsentrasinya dalam melakukan pengamatan. Heru menyampaikan ke istrinya, jika dirinya lah yang akan menghubungi ketika ada waktu luang.

"Ya berat memang, karena saya tidak bisa menghalangi rasa kangen mereka atau keinginan mereka mengetahui kabar bapaknya. Tapi, itu sudah komitmen saya, karena melakukan pengamatan butuh fokus, agar tidak salah," ujar dia.

Heru menarik nafas panjang, matanya memandang langit-langit ruangan. Kedua tangannya mendadak bergetar seiring mulutnya mulai merangkai kata.

Ia menceritakan musibah yang dialami anaknya ketika dirinya sedang bertugas. Suatu ketika, saat sedang bertugas di pos pengamatan, tiba-tiba istrinya menelepon dan memberitahukan jika anaknya yang masih berusia 3 tahun mengalami kecelakaan terkena air panas.

Mendapat informasi, serentak Heru kaget dan sangat mengkhawatirkan kondisi putrinya. Namun, ia tidak bisa langsung pulang ke rumah karena sedang piket.

Merinding, Darah Mengalir dari Rumah Kosong Tak Berpenghuni Ini, Ada Kisah Mengerikan di Baliknya

Waktu itu, Heru hanya bisa berpesan agar putrinya segera dibawa kerumah sakit untuk mendapat pertolongan.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved