Jenazah Mbah Arjo Gunung Kelud Masuk ke Liang Lahat Disambut Suara Petasan, Wasiat Almarhum

Jenazah Mbah Arjo Gunung Kelud Dimasukkan Liang Lahat Disambut Suara Petasan, Wasiat Almarhum

Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjatim| Surya
Jasad Mbah Arjo Suwito diberangkatkan dari rumah duka di Dusun Sukomulyo, Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Rabu (22/5/2019). 

Sebab, di dekat tempat tinggalnya, ada kali, yang airnya cukup jernih.

Untuk makanannya, ia mengandalkan sayur yang ditanam sendiri, seperti daun singkong, dan bayam.

Sementara, berasnya, ia mengaku mendapat jatah beras raskin. "Kalau nggak dapat jatah beras, ya saya sudah biasa cukup minum air putih saja," paparnya dikutip Tribunjogja.com dari Tribunjatim. 

Ditanya usianya berapa? Mbah Arjo mengaku sudah 200 tahun.

Soal tahun kelahirannya, ia mengaku lupa dan hanya ingat harinya.

Yakni Selasa Kliwon (pada Subuh). Ia kelahiran Desa Gadungan, yang berjarak sekitar 8 Kilometer dari tempatnya sekarang ini.

"Kalau dikait-kaitkan dengan peristiwa jaman dulu soal masa kecil saya, ya saya sudah lupa. Namun, ketika jaman penjajah Jepang, saya sudah beristri yang keenam kali. Sebab, kelima istri saya itu meninggal dunia, sehingga saya menikah lagi, dan dapat istri orang Ponorogo, namanya Suminem. Ia meninggal dunia ketika Indonesia Merdeka," paparnya.

Sebanyak enam kali menikah itu, ia mengaku dikaruniai 18 anak.

Namun, 17 anaknya sudah meninggal dunia, dan tinggal satu, Ginem, yang hidup bersamanya.

Ia menuturkan, dari istri pertamanya, Sumini, warga Desa Pehpulo, Kecamatan Wates (Kab Blitar), ia punya anak satu, namun sudah lama meninggal.

Istri keduanya, Tuminem, asal Desa Semen, Kecamatan Gandusari, punya anak empat, juga sudah meninggal semua.

Dengan istri ketiga, Paijem, asal Desa Ngambak, Gandusari, punya anak empat, juga sudah meninggal. Istri keempat, Tumila, asal Pacitan, punya anak empat, juga sudah meninggal semua.

Untuk istrinya yang kelima, Tukinem, asal Ponorogo, tak dikaruniai anak, baru dari istrinya yang ke enam, Suminem, asal Ponorogo, dikaruniai empat anak.

Namun, ketiganya sudah meninggal dan tinggal Ginem, yang kini berusia 53 tahun. Hanya saja, ia saat ini mengalami keterbelakangan mental.

Widodo, Kades Gadungan, menuturkan, sebelum tinggal di komplek Candi Wringi Branjang, mbah Arjo itu warga desanya. Namun, sejak menemukan candi itu, ia ingin tinggal di situ, dengan mendirikan gubuk.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved