Bantul
Ini yang Dilakukan Nelayan Depok Bantul Ketika Seminggu Tak Melaut
Kondisi cuaca ini tak tahu sampai kapan. Mulyadi mengaku hanya bisa menunggu sampai semuanya kembali normal.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Pukul 10.30 WIB siang itu matahari di Pantai Depok bersinar sangat terik.
Dua orang Nelayan, Mulyadi dan Pairin bergotong-royong mengangkat jaring untuk dijemur dan diperbaiki.
Hari ini mereka tidak melaut. Sebenarnya, bukan saja hari ini tapi sudah satu Minggu, mereka tidak menurunkan perahu ke tengah laut. Alasannya, karena gelombang laut selatan Jawa sedang meninggi dan angin berhembus sangat kencang.
"Nelayan Depok sementara berhenti dulu melaut," kata Mulyadi, Selasa (23/4/2019).
• Gelombang Tinggi dan Angin Kencang, Nelayan Pantai Depok Libur Melaut
Benar apa yang dikatakan Mulyadi. Ketika melihat ke arah lepas laut selatan, gelombang memang cukup tinggi.
Bahkan beberapa kali sempat pasang.
Debur ombak menjangkau sampai ke tempat dimana perahu disandarkan.
"Kalau cuma gelombang tinggi sebenarnya kita berani. Tapi anginnya kenceng banget. Kami nggak berani," lanjut dia.
Mulyadi dan Pairin mengaku sudah sejak pagi buta berada di Pantai Depok.
Ia berharap tadi pagi bisa menurunkan perahu ke laut.
Namun, angin bertiup kencang. Ia mengurungkan niatnya.
Padahal menurut dia tangkapan musim sekarang ini sedang bagus.
Di laut banyak ditemukan ikan gogokan atau ikan kakap China.
Harganya sangat mahal.
• Gelombang Tinggi Laut Selatan, Nelayan Pantai Depok Bantul Pilih Libur Melaut
"Ikan kakap china ukuran diatas berat 20 kg, harganya 250 ribu perkilogram. Dapat ikan ini satu aja, bisa bawa pulang uang lima juta," terang lelaki bertopi itu.
Ia mengaku bisa saja paksakan melaut namun itu terlalu berisiko.
Angin kencang dan gelombang membuat perahu tidak seimbang dan dikhawatirkan akan terbalik.
Kondisi cuaca ini tak tahu sampai kapan. Mulyadi mengaku hanya bisa menunggu sampai semuanya kembali normal.
"Kami nunggu saja. Nanti Kalau sudah tidak ada angin, kami langsung melaut," terang dia.
Bertani dan Jaring
Mulyadi mengatakan nelayan di pantai Depok berjumlah sekitar 80 orang.
50 orang merupakan nelayan asli dari Depok sisanya merupakan nelayan ngandong atau pendatang.
Ketika musim paceklik datang ditandai dengan gelombang tinggi dan angin kencang.
Hampir seluruh nelayan di pantai Depok libur melaut. Tidak melaut sama artinya tidak ada penghasilan.
• Gelombang Tinggi Terjang Pesisir Selatan Gunungkidul, Aktifitas Nelayan dan Wisatawan Tetap Normal
Bagi nelayan --yang merupakan warga setempat--kata Mulyadi, waktu paceklik biasanya digunakan untuk menggarap lahan pertanian.
"Mereka sebagai nelayan juga terbiasa bertani," terangnya.
Namun bagi pendatang, sembari menunggu cuaca bersahabat biasanya digunakan untuk memperbaiki peralatan tangkap ikan.
"Ada yang membersihkan perahu. Memperbaiki jaring. Mereka memperbaiki peralatan," tutur dia.
Sepeti halnya yang Mulyadi kerjakan siang itu.
Bersama dengan Pairin, mereka memperbaiki jaring millenium miliknya. Jarang tersebut merupakan jaring khusus yang digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan tengiri dan ikan kakap China.(TRIBUNJOGJA.COM)