Mencermati Social Deixis pada Kata ‘Ndasmu’ seperti yang Dipakai Prabowo saat Kampanye
Ada satu hal yang menarik saat capres nomor urut 02 Prabowo Subianto melontarkan kritik kepada Pemerintahan Jokowi. Prabowo bahkan mengatakan "ndasmu"
TRIBUNJOGJA.COM - Ada satu hal yang menarik saat capres nomor urut 02 Prabowo Subianto melontarkan kritik kepada Pemerintahan Jokowi yang kerap menonjolkan pertumbuhan ekonomi 5 persen sebagai suatu pencapaian.
Prabowo bahkan mengatakan "ndasmu" (kepalamu) untuk mengomentari pertumbuhan ekonomi RI.
Pernyataan tersebut dinyatakan Prabowo saat kampanye terbuka di Bogor, Jawa Barat, Jumat (29/3/2019).
Baca: Jika Terpilih, Prabowo akan Tunda dan Batalkan Sejumlah Proyek Infrastruktur Jokowi
Dikutip dari National Geographic Indonesia, berikut ini kita akan menelisik pemakaian kata "ndasmu" itu, bukan membahas kampanye presiden dengan segala perilakunya.
Apabila kita buka kembali catatan penulis Giri Lumakto dalam karyanya yang bertajuk "Hati-hati dengan 'Ndasmu'", kita diiingatkan kembali tentang pemakaian kata ini.
Pendidik yang mendapat gelar "Kompasianer of the Year 2018" itu telah mengangkat contoh kasus "ndasmu" pada 2016.
Baca: Alasan Jokowi Kampanye di Solo, Kampung Halamannya
Baca: Maruf Amin: Ya Allah, Jadikanlah Indonesia Bersatu, Bukan Indonesia yang Punah
Berikut petikan karya Giri Lumakto:
"Bermula dari tweet K.H Mustofa Bisri (Gus Mus) tentang jumatan di jalan tidak dianjurkan, seorang pemuda hampir digruduk dan dimaki netizen.
Pemuda dengan akun @panduwijaya_ dengan kasarnya menjawab tweet dari akun Gus Mus @gusmugusmu. Kata kasar yang terlontar adalah kepalamu atau 'ndasmu' dalam bahasa Jawa. Sontak saja netizen yang mengerti dan hormat pada Gus Mus marah pada akun @panduwijaya_ yang bernama asli Pandu Wijaya ini. (berita selengkapnya DI SINI)
Masalah ini pun sudah dapat mereda di Twitland. Pandu Wijaya telah meminta maaf. Bahkan Fadjroel Rahman, presiden komisaris tempat Pandu Wijaya bekerja saat itu telah menghaturkan maaf. Dan dengan sejuk, Gus Mus sudah memaafkan pemilik akun @panduwijaya_.
Umpatan dalam Bahasa Jawa
Kata ‘ndasmu’ sendiri merupakan umpatan terkasar dalam bahasa Jawa. Ndas merupakan kata benda level terbawah untuk menggantikan kata kepala.
Di atas kata ndas ada sirah (untuk level orangtua) dan mustoko (level untuk sastra dan konteks keraton).
Kata ndas sendiri merupakan 'kepala' yang diperuntukkan untuk hewan. Contohnya adalah ndas pitik (kepala ayam) atau ndas kebo (kepala kerbau). Tidak lazim dan tepat menyematkan kata sirah untuk ayam, atau sirah pitik.
Baca: Sufmi: Prabowo Emosi karena Belum Bisa Berbuat Banyak untuk Bangsa
Address level kata 'kepala' dalam bahasa Jawa ini merupakan social deixis dalam ranah sosiolinguistik.
Kata ganti nomina untuk kepala ada ndas untuk hewan, sirah untuk orangtua, mustoko untuk sastra dan konteks keraton.
Begitupun untuk kata ganti orang, kowe untuk kawan, dan panjenengan/njenengan untuk orangtua dan orang asing.
Sistem pemilihan level kata ini disebut unggah ungguh boso dalam bahasa Jawa.
Jika tidak ingin dicap 'tidak sopan' di Jawa Tengah/Timur, hati-hati dengan penggunaan diksi Basa Jawa. Kehati-hatian ini tercermin jelas dalam axioma Jawa, ‘Ajining diri ono ing lati, ajining rogo ono ing busono’.
Jika diterjamahkan ke Bahasa Indonesia berarti ‘martabat diri ada di lidah, dan martabat raga ada di busana’.
Mirip sekali dengan peribahasa Indonesia, mulutmu harimaumu. Jika berucap salah atau tidak tepat, tak ayal akibat negatif bisa didapat.
Baca: Jokowi: Pesta Demokrasi adalah Kegembiraan, Jangan Ada yang Marah-marah
Dan penggunaan ndasmu untuk reply sebuah tweet yang sejatinya nasihat dari ulama yang dihormati, adalah salah. Dan dalam hal ini, jika kearifan lokal masih dipegang teguh, berucap kasar seperti tadi tidak bisa dibiarkan.
Wajar jika orang-orang yang kenal dan hormat kepada Gus Mus naik pitam. Bukankah diskusi menyoal amali ibadah bisa didiskusikan dengan baik. Daripada melempar umpatan yang berakibat tidak baik."
Nah, dengan membaca karya itu, yuk kita kembali bijak dalam memilih kata. (Bayu Dwi Mardana Kusuma/NGI)