Kulon Progo
NYIA Bakal Dinaungi Skylight Bermotif Kawung
Unsur kearifan lokal dari seni budaya Yogyakarta juga menghiasi hampir setiap sudut bandara tersebut.
Penulis: Singgih Wahyu Nugraha | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Bandara baru Yogyakarta (New Yogyakaerta International Airport/NYIA) di Temon, Kabupaten Kulon Progo mengusung konsep ramah lingkungan (eco-green airport).
Unsur kearifan lokal dari seni budaya Yogyakarta juga menghiasi hampir setiap sudut bandara tersebut.
Project Manager Pembangunan NYIA PT Angkasa Pura I, Taochid Purnama Hadi mengatakan bahwa desain bandara dibuat sedemikian rupa untuk menciptakan NYIA sebagai bandara ramah lingkungan, terutama dari sisi arsitektur.
Pada bangunan terminal penumpang, atapnya menggunakan skylight atau kubah kaca untuk memaksimalkan pencahayaan alami di dalam ruangan.
Kubah itu memungkinkan cahaya matahari bisa menyinari setiap sudut ruangan sepanjang hari sehingga lebih hemat listrik.
Baca: Promosikan NYIA dan Potensi Wisata Kulonprogo Lewat Tour de Jogja
"Skylight ini mengurangi penggunaan listirik. Kalau siang hari, lampu dikurangi dan memaksimalkan penggunaan cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan untuk penerangan," jelas Taochid, Jumat (15/3/2019).
Skylight itu kini sudah diterapkan pada atap bangunan terminal penerbangan internasional seluas 12.920 meter persegi untuk menyongsong masa operasi terbatas (minimum operation) NYIA di April 2019 mendatang.
Adapun ke depannya skylight ini diterapkan secara total pada bangunan terminal penumpang NYIA yang nantinya memiliki keluasan total sekitar 180.000 meter persegi.
Dengan demikian, bangunan NYIA akan bermandikan cahaya alami dari matahari.
Konsep hampir serupa juga diaplikasikan dalam desain arsitektur bangunan masjid NYIA yang diberi nama Al Akbar.
Masjid ini terletak di utara bangunan terminal penumpang dengan bentuknya berupa kubah besar setengah lingkar bola atau dome dalam tampilan modern.
Baca: Jalur Kereta Api Bandara NYIA Ditetapkan Akhir Maret, Selanjutnya Pembebasan Lahan
Sekilas, bentuknya hampir mirip dengan rumah tahan gempa atau lebih dikenal sebagai rumah teletubbies di Piyungan, Bantul yang juga berbentuk dome.
Masjid ini tidak memiliki dinding karena dibuat dengan konsep terbuka sehingga didapatkan pencahayaan alami serta sirkulasi udara yang sangat baik.
"Tidak perlu AC (pendingin udara) di masjid itu dan penggunaan lampunya bisa dikurangi. Sudah beberapa kali dipakai untuk ibadah dan hawanya adem karena terbuka. Kami mau mengejar untuk penilaian greenship bangunan,"kata Taochid.
Bicara tentang nilai kearifan lokal, Taochid memastikan NYIA mengusung unsur-unsur budaya Yogyakarta dalam desainnya.
Di antaranya, atap skylight bangunan terminal dibikin dengan bentuk motif batik kawung atau berupa bulatan-bulatan yang terusun rapi secara geometris.
Kawung juga dihadirkan pada bagian tepi bangunan masjid serta panel dinding di ujung fixed bridge atau jembatan penghubung ruang tunggu terminal penumpang dengan pesawat.
Baca: Mengintip Progres Bandara NYIA Kulonprogo - Pengerjaan Dikebut hingga Persiapan Penerbangan Perdana
Taochid memaparkan, nilai kearifan lokal juga akan ditampilkan pada sudut-sudut lainnya dari bandara tersebut.
Di antaranya, pintu keluar masuk utama bandara itu dibuat dengan model lawang papat, relief kehidupan masyarakat lokal pada gate, dan suasana Malioboro pada lorong koridor penghubung bangunan terminal dengan gedung parkir kendaraan.
Pada lantai dasar ruang terminal penumpang, terdapat miniatur istana taman air Keraton Kasultanan Yogyakarta, Tamansari, lengkap dengan kolam airnya.
"NYIA akan memunculkan ornamen batik kawung dan ini sudah disetujui banyak pihak sebagai kearifan lokal yang ditampilkan. Gedung ATC (aircraft traffic control) juga biasanya mengadopsi kearifan lokal tiap daerah namun saya tidak tahu detailnya karena yang menangani Airnav,"kata Taochid.
Baca: Lima Hari Lagi, NYIA Sudah Mampu Didarati Pesawat
Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo mengatakan harapannya agar finishing touch (sentuhan final) dalam bandara internasional ini bisa mencerminkan miniatur budaya di sekitar Yogyakarta.
Hal itu menurutnya juga menjadi harapan dari Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X bahwa NYIA harus diwarnai local kontent (konten budaya lokal), termasuk bentuk airport city yang menyerupai sebuah gunungan dalam pertunjukan wayang kulit.
"Saya memang berharap di situ bisa menampilkan ciri khas daerah yang Jogja banget, termasuk geblek renteng (motif batik khas Kulon Progo). Dulu pernah dipresentasikan soal detail desain bandara ini namun kami belum tahu ornamen apa saja yang ditampilkan,"kata Hasto.(TRIBUNJOGJA.COM)