Kota Yogyakarta

Belajar Memilah Sampah Sejak Kelas 1 SD

Tak hanya mengenakan kreasi daur ulang plastik, mereka juga memakai tas kain perca yang difungsikan untuk meletakkan barang-barang serta untuk penggan

Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Hasan Sakri
PERINGATAN HARI PEDULI SAMPAH. Sejumlah siswa mengenakan kostum dari daur ulang sampah saat mengikuti lomba yel-yel dalam rangka peringatan Hari Peduli Sampah Nasional tahun 2019 di Balaikota Yogyakarta, Kamis (14/3/2019). Lomba yang diikuti oleh 34 sekolah dasar se-Kota Yogyakarta tersebut diadakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta dengan harapan kesadaran dan kepedulian terhadap pengelolaan dan pengurangan sampah dapat ditanamkan sejak dini. 

Laporan Reporter Tribun Jogja Kurniatul Hidayah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Ratusan siswa SD memadati Grha Pandawa Balaikota, Kamis (14/3/2019).

Mereka mengenakan beragam kostum daur ulang plastik dari ujung kepala sampai ujung kaki sembari unjuk kebolehan di depan dewan juri dengan aksi yel-yel dalam Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional.

Plastik bekas dengan warna senada dianyam menjadi satu kesatuan dan disulap menjadi rok tutu oleh siswa SDN Tegalrejo 1.

Tak hanya rok, bungkus snack kemasan dilipat membentuk bunga yang dirangkai menjadi bandana menghiasi kepala para siswinya.

Sementara itu, bagi laki-laki, mereka mengenakan rompi berbahan dasar plastik bekas snack kemasan yang kemudian disatukan dengan teknik lem dan juga jahit.

Selain rompi, aksesoris lain yakni mahkota ala raja yang juga terbuat dari plastik snack kemasan.

Baca: Daur Ulang Jadi Bahan Aspal, Cara Menekan Polusi Sampah Plastik

Tak hanya mengenakan kreasi daur ulang plastik, mereka juga memakai tas kain perca yang difungsikan untuk meletakkan barang-barang serta untuk pengganti plastik saat berbelanja.

Selain tas, botol minum atau tumbler yang diikat dengan tali lalu dikalungkan di masing-masing siswa juga menyemarakkan seruan aksi peduli sampah.

Salah satu peserta dari SDN Tegalrejo 1 tersebut yakni Vania Rizkyka Ardine mengaku senang bisa belajar memanfaatkan sampah menjadi barang yang bisa didaur ulang.

Keterampilan tersebut dijelaskannya telah ia pelajari sejak kelas 1 SD.

"Dari kelas 1 sudah mulai dikenalkan untuk mengumpulkan daun dan mengolahnya menjadi kompos. Lalu ini juga diajari membuat keterampilan.

Senang karena bisa menambah kreativitas dan jadi pembelajaran," tuturnya ketika ditemui Tribun Jogja.

Baca: Sepatu Ini Dibuat dari Daur Ulang Permen Karet

Manfaat yang ia dapatkan dari pembelajaran mengolah sampah tersebt adalah membuat lingkungan sekitar menjadi bersih.

Selain itu pembelajaran pemilahan sampah juga bermanfaat tak hanya di sekolah namun Vania juga menerapkannya di rumah.

"Ini juga bisa lebih hemat karena kita bisa bikin pupuk kompos sendiri tidak usah beli pupuk," tambahnya.

Guru yang juga Penggiat Adiwiyata SDN Tegalrejo 1, Suparjinah menjelaskan bahwa sekolah memang sudah membiasakan anak didiknya peduli sampah sejak kelas 1.

Tidak hanya kesadaran membuang sampah di tempatnya, tapi mereka sudah bisa memilah sampah yang ada.

"Misalkan mereka tahu ada daun, mereka masukkan ke biopori," bebernya.

PERINGATAN HARI PEDULI SAMPAH. Sejumlah siswa mengenakan kostum dari daur ulang sampah saat mengikuti lomba yel-yel dalam rangka peringatan Hari Peduli Sampah Nasional tahun 2019 di Balaikota Yogyakarta, Kamis (14/3/2019). Lomba yang diikuti oleh 34 sekolah dasar se-Kota Yogyakarta tersebut diadakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta dengan harapan kesadaran dan kepedulian terhadap pengelolaan dan pengurangan sampah dapat ditanamkan sejak dini.
PERINGATAN HARI PEDULI SAMPAH. Sejumlah siswa mengenakan kostum dari daur ulang sampah saat mengikuti lomba yel-yel dalam rangka peringatan Hari Peduli Sampah Nasional tahun 2019 di Balaikota Yogyakarta, Kamis (14/3/2019). Lomba yang diikuti oleh 34 sekolah dasar se-Kota Yogyakarta tersebut diadakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta dengan harapan kesadaran dan kepedulian terhadap pengelolaan dan pengurangan sampah dapat ditanamkan sejak dini. (TRIBUNJOGJA.COM / Hasan Sakri)

Sekolah yang sudah menjadi sekolah Adiwiyata sejak 2012 lalu tersebut telah memiliki bank sampah dan juga komposter atau yang digunakan untuk membuat kompos.

Baca: Pengembangan Rumah Kompos Nitikan Dikerjakan Tahun Ini

"Jadi di sekolah, sampah dikumpulkan lalu dipilah, mana sampah organik dan non-organik. Lalu untuk sampah kertas kami kumpulkan terpisah untuk ditabung di Bank Sampah. Semua punya tabungan ini," bebernya.

Selanjutnya, dari proses pemilihan tersebut, sampah yang masih bisa dipergunakan untuk kerajinan akan dipisahkan.

Suparjinah mengatakan bahwa kurikulum di SDN Tegalrejo 1 sudah terintegrasi, sehingga sampah daur ulang bisa disalurkan untuk diolah menjadi kerajinan.

"Jadi nantinya yang benar-benar dibuang adalah sampah residu atau sampah yang sudah tidak bisa diolah menjadi apa-apa lagi," tuturnya.

Pengurangan sampah juga sudah dapat dirasakan menjadi keseharian di sekolah tersebut.

Ia mengatakan, anak-anak wajib membawa botol air minum di rumah dan tidak membawa botol plastik sekali pakai untuk air minum.

Baca: Alasan Mengapa Sampah Plastik Jangan Dibuang Sembarangan

"Bahkan kantin kami juga tidak menjual makanan dan minuman kemasan. Ini membuat di sekolah nyaris tidak ada sampah plastik," ungkapnya.

Sementara itu, Kasie Pengembangan Sumber Daya Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Christina Endang menjelaskan bahwa Lomba Yel-yel dalam Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional tersebut diikuti oleh 34 peserta dari seluruh SD yang ada di Kota Yogyakarta.

"Lomba yel-yel ini menjadi yang ditunggu-tunggu dalam peringatan Hari Peduli Sampah Nasional, selain memang nanti puncaknya 17 Maret di Tugu," ujarnya.

Peserta Lomba Yel-yel tersebut, lanjutnya, diminta mengenakan kostum yang merupakan aplikasi dari Hari Peduli Sampah Nasional yakni berbahan dasar sampah daur ulang.

"Inovasi dari daur ulang yang mereka pakai sebagai kostum ini menambah poin penilaian dewan juri," ungkapnya.

Iin, sapaan akrabnya berharap bahwa pelibatan siswa SD dalam kegiatan tersebut dapat mengedukasi mereka agar lebih peduli terhadap lingkungannya.

"Produksi sampah setiap orang saat ini sekitar 5-6 ons. Maka kita edukasi sejak din agar bisa mengurangi sampah dan bisa mengelolah sampah," bebernya.(TRIBUNJOGJA.COM / Kurniatul Hidayah)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved