Bantul

Alasan Mengapa Sampah Plastik Jangan Dibuang Sembarangan

Alasan Mengapa Sampah Plastik Jangan Dibuang Sembarangan. Sampah Plastik Sulit Terurai.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM / Ahmad Syarifudin
Bule yang merupakan mahasiswi asal Jerman ikut kerja bakti membersihkan sampah plastik di Pantai Parangkusumo, Bantul, Minggu (10/3/2019) 

"Saya pikir kebijakan ini sangat bagus dan bisa diadopsi oleh provinsi lain," ujar dia.

Bahkan, bila memang itu belum bisa diterapkan, kata Budi mestinya setiap kabupaten atau setiap desa bisa mengeluarkan peraturan yang berbentuk Perdes ataupun Perbup yang mengatur tentang sampah.

Sehingga ada tekanan hukuman kepada masyarakat yang membuang sampah sembarangan.

Baca: Sebelas Bule Asal Jerman, Ikut Kerja Bakti Bersih Sampah di Pantai Parangkusumo

"Hukumannya tidak harus pidana, tapi bisa berupa sanksi sosial. Ini akan menjadi daya paksa kepada masyarakat untuk melakukan pengelolaan sampah secara mandiri," tutur dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Bantul, Ari Budi Nugroho mengatakan meski belum sampai pada tahap pelarangan namun pihaknya sejauh ini sudah mencoba untuk mengurangi bahan-bahan yang terbuat dari plastik.

Misalkan saja, ketika ada rapat di pemerintahan maka makanan dan minuman sebisa mungkin tidak dikemas menggunakan plastik.

"Bahkan bisa dikatakan setiap Minggu kita juga sudah melakukan edukasi dan sosialisasi maupun pelatihan. Baik diinisiasi oleh masyarakat di desa ataupun kelompok-kelompok. Kita sampaikan prinsip penanganan sampah dengan 3 R," tutur dia.

Tiga R yang dimaksudkan oleh Ari adalah Reduce [mengurangi], Reuse [menggunakan kembali] dan Recycle [mendaur ulang].

Baca: Keluhkan Sampah, Kapal Pesiar Batalkan Kunjungan Wisata ke Lombok

Ia mengaku memahami betul bahwa penggunaan plastik sangat tidak ramah terhadap lingkungan. Namun DLH sendiri belum bisa mengeluarkan kebijakan sampai pada taraf pelarangan.

Paling banter hanya sebatas imbauan untuk mengurangi. Misalkan saja, kata Ari, kalau masyarakat mau berbelanja lebih baik bisa membawa tas dari rumah.

Kemudian ketika memiliki anak dan membawa bekal ke sekolah maka lebih baik menggunakan wadah yang bisa dipakai berulang kali.

"Cuman kan begini, kadang kita punya kebijakan itu tertinggal dengan kemajuan teknologi," keluh dia.

Baca: Peduli Bumi, Sejumlah Komunitas Kerja Bakti Bersih Sampah di Pantai Parangkusumo

Sebagai contoh, ia menjelaskan, misalnya sekarang kebiasaan masyarakat memesan makanan bukan lagu datang ke warung tetapi sudah memakai aplikasi.

Kata Ari, kebiasaan ini akan secara otomatis mengganggu kebijakan pengurangan sampah plastik. Karena layanan aplikasi antar makanan kebanyakan memakai kemasan semua.

"Kadang-kadang kemajuan tekhnologi yang semakin cepat, kebijakan kita atau pola penanganan kita menjadi sangat tertinggal. Karena aplikasi, budaya makan nggak usah lagi ke warung. Tinggal pesan, diantar pake plastik, sterofoam, macem-macem. Ini yang kemudian menjadi masalah," keluh dia. (tribunjogja)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved