Yogyakarta

Go-Jek Sebut Skema Poin dan Insentif Baru Demi Keberlangsungan Industri

Sementara, dalam akun prioritas, Michael mengatakan, bahwa hal tersebut merupakan bentuk dari sistem alokasi baru.

Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Yosef Leon P
VP Corporate Affairs Go-Jek, Michael Say (kiri) di dampingi Head Regional Corporate Affairs Go-Jek, Alfianto Sony Aji memberikan keterangan kepada wartawan dalam kegiatan bertajuk Go-Jek Swadaya yang dilangsungkan di Hotel Santika Yogyakarta, Jumat (8/3/2019). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - VP Corporate Affairs Go-Jek, Michael Say menuturkan, adapun penentuan tarif yang ditetapkan oleh manajemen Go-Jek meliputi dua hal, yaitu tarif yang dibayarkan konsumen ketika memakai jasa serta tarif yang dibayarkan Go-Jek kepada mitra.

Ia mengklaim, tarif yang dibayarkan Go-Jek selaku penyedia layanan selama ini merupakan yang terbesar di industri dan lebih besar dibanding yang dibayarkan oleh konsumen.

"Jika selama ini Go-Jek menawarkan tarif tertinggi di industri, saat ini kami harus menyamakan. Kenapa kami menyamakan, untuk memastikan keberlanjutan pendapatan para mitra dan keberlangsungan ekosistem perusahaan," sebut Michael dalam kegiatan bertajuk Go-Jek Swadaya, Jumat (8/3/2019) pagi di Hotel Santika Yogyakarta.

Baca: Didemo Driver, Ini Jawaban Pihak Gojek

Dijelaskannya, pada konsep bisnis di suatu titik tertentu perusahaan mesti mencapai titik keseimbangan yang baik, sehingga diterapkanlah kebijakan skema poin dan insentif baru agar sekiranya para mitra memiliki keberlangsungan pendapatan pula.

"Jadi dalam melakukan keputusan harus ada tiga yang dijaga, pertama pemberdayaan mitra, permintaan konsumen dan keberlangsungan ekosistem industri itu sendiri. Ketiganya harus imbang," ujarnya.

Baca: Gojek Perwakilan DIY Siap Sampaikan Aspirasi Mitra Gojek ke Pusat

Sementara, dalam akun prioritas, Michael mengatakan, bahwa hal tersebut merupakan bentuk dari sistem alokasi baru.

Tujuannya adalah untuk menghindari oknum pengemudi yang menggunakan GPS palsu.

"Jadi dia begini, dalam industri ojek online ada yang namanya aplikasi tuyul, dimana mereka biasa berkumpul di suatu tempat ngumpul. Dalam sistem yang baru orang yang nitik itu justru akan tidak dapat orderan," jelasnya.

Disamping itu Michael mengklaim, diterapkannya kebijakan itu demi pemerataan order di kalangan para pengemudi. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved