Cuma Lulusan SD, Pak Benny dan Istri Mampu Didik Anak Hingga Kuliah di UGM Yogyakarta dan Amerika

Benny hanyalah lulusan SD di Banjar Baru, Kalimantan Selatan, dan kini bekerja sebagai sopir truk pasir.

Editor: Iwan Al Khasni
Kompas.Com
Benny Wijaya (50) dan Siti Aminah (45) 

Setiap malam bila di rumah, Benny selalu mengumpulkan anak-anaknya untuk memberi nasihat.

”Saya selalu mengingatkan anak-anak, kalau mau membahagiakan orangtua, harus benar- benar sekolah, sungguh-sungguh belajar. Saya memang terapkan kedisiplinan dan membatasi pergaulan walaupun juga memberi kebebasan kepada anak-anak untuk menentukan langkah hidupnya,” katanya.

Ditambahkan Aminah, untuk menegakkan kedisiplinan, ia menjadwal ketat anak-anaknya. Setiap hari, ketiga anaknya nyaris tidak punya waktu untuk bermain.

Sepulang sekolah sekitar pukul 12.00, istirahat. Lantas dari pukul 14.00 sampai 16.00 masuk sekolah madrasah yang kemudian lanjut ikut pengajian sampai magrib.

Malam hari adalah waktu anak-anak belajar sampai pukul 21.00 sebelum tidur. “Jadwal main hanya malam Minggu dan hari Minggu,” katanya.

Berprestasi sejak SD

Hasilnya tidak sia-sia. Anak pertamanya, Dodik Pranata Wijaya (27), bisa kuliah S1 di Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura (UTM) pada 2014 melalui beasiswa Bidikmisi lantas meraih S2 dari Michigan State University College of Law, Amerika Serikat, pada pertengahan 2018 melalui beasiswa LPDP.

Anak kedua, Novi Indah Permata Sari (23), kuliah S1 juga melalui Bidikmisi di Fakultas Teknologi Industri Pertanian UTM tahun 2018, dan kini sedang melanjutkan S2 di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada, juga melalui beasiswa LPDP.

Anak bungsu, Andika Ramadhani Wijaya (11), masih duduk di kelas V sekolah dasar.

Tidak mudah bagi Benny dan Aminah untuk memperjuangkan pendidikan bagi ketiga anaknya.

Selain menerapkan kedisiplinan dan komunikasi yang intensif dengan gurunya, keterbatasan ekonomi keluarga menjadi kendala terbesar.

Tidak ingin anak bernasib sama

Kehidupan Benny sebagai sopir truk pasir yang dibantu Aminah berjualan nasi sangat jauh dari cukup.

Jangankan untuk biaya pendidikan, untuk kebutuhan keluarga sehari-hari Aminah harus jungkir balik mengelola keuangan keluarga agar dapur tetap ngebul.

”Saya dan bapak ini orang yang tidak berpendidikan dan kondisi ekonomi yang pas-pasan. Tapi hati kecil saya ingin anak-anak sekolah setinggi-tingginya. Saya harus kerja keras untuk anak-anak saya agar nasib mereka lebih baik. Saya juga ingin memberi contoh kepada saudara-saudara saya bahwa meskipun tidak berpendidikan dan ekonomi pas-pasan, anak-anak saya bisa berhasil,” tutur Aminah.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved