Yogyakarta
Senin Pagi, Gunung Merapi Keluarkan Guguran Awan Panas
Saat terjadi guguran tersebut kondisi cuaca dalam keadaan cerah sehingga bisa dipantau secara mata telanjang oleh masyarakat,
Penulis: Santo Ari | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Gunung Merapi kembali mengeluarkan guguran awan panas Senin (18/2/2019) pagi.
Saat terjadi guguran tersebut kondisi cuaca dalam keadaan cerah sehingga bisa dipantau secara mata telanjang oleh masyarakat, begitu pula Pos Pengamatan Gunung Merapi di Kaliurang.
Baca: PVMBG Tingkatkan Status Gunung Bromo Jadi Waspada
Informasi dari Twitter BPPTKG terhitung telah terjadi lima kali guguran awan panas di Gunung Merapi pada pukul 06.05, 06.13, 06.24, 06.25 dan 06.28 WIB dengan jarak luncur maksimum 1 km ke arah Kali Gendol.
Kemudian pukul 7.32 dengan jarak 200 m tinggi asap 400 meter.
Guguran terus berlangsung hingga sekitar pukul 12.00 dengan tambahan tiga kali guguran lagi.
Sementara data seismik terekam 18 kali gempa guguran dengan durasi 21-71 detik.
Sedangkan intensitas curah hujan 74.5mm.
Baca: Potret dan Video Aktivitas Gunung Merapi Saat 6 Kali Luncurkan Wedhus Gembel Senin Pagi
"Kebetulan cuaca bagus, cerah ada guguran awan panas dengan jarak 1km mengarah ke hulu kali gendol," jelas Heru Suparwoko petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) saat ditemui di ruang kerjanya.
Sunarta memaparkan, ketinggian awan panas kisaran 400 m, dengan angin yang mengarah ke ke timur dan timur laut, sehingga daerah Kalitengah, desa Glagaharjo mengalami hujan abu tipis.
Terkait hujan di puncak Merapi, ia mengatakan hal itu masih sering terjadi, maka dari itu ia mengimbau masyarakat untuk mewaspadai aliran lahar hujan.
"Secara seismisitas tercatat selalu ada guguran setiap hari. Untuk jenis-jenis gempa masih didominasi gempa guguran, ini indikasi bahwa aktivitas merapi masih berlanjut," tambahnya.
Baca: Penampakan Kali Gendol Sleman Pasca-Luncuran Awan Panas dari Puncak Gunung Merapi Hari Ini
Namun demikian, meski Gunung Merapi dalam kondisi aktif, statusnya masih di taraf waspada atau level dua.
Artinya jarak aman untuk aktivitas di lereng Merapi yakni radius 3km dari puncaknya.
Salah satu aktivitas di lereng Merapi adalah wisata jeep, di mana dari pengakuan Dardiri
Ketua asosiasi jeep wisata lereng merapi sisi barat memaparkan bahwa Senin pagi banyak wisatawan menyaksikan guguran awan panas Merapi.
"Tadi pagi memang ada suara gemuruh, tapi memang tidak masalah karenarn setiap guguran biasanya memang mengeluarkan gemuruh," ucapnya.
Sedangkan wisata jeep sendiri jangkauan tertingginya sampai di bunker yang jaraknya 5,5km dr puncak merapi.
Jarak itu masih di luar kawasan rawan bencana yakni 3km.
"Tadi itu ketika ada guguran awan panas, kebetulan ada wisatawan yang wisata dengan paket sunrise. Kita beri kesempatan untuk foto-foto, tapi setelah itu tetap harus menjauh dr hulu Kali Gendol," jelasnya.
Baca: Antisipasi Aktivitas Gunung Merapi, BPBD DIY Siapkan Masker dan Logistik
Banjir Lahar Hujan
Selain mengeluarkan guguran awan panas, kondisi puncak Merapi yang hujan juga mengakibatkan lahar hujan yang mengarah ke Kali Gendol.
Heri Suprapto, kades Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan membenarkan hal tersebut.
Berdasarkan pantauannya, lahar hujan di kali gendol mengarah sampai ke perbatasan dusun Kaliadem-jambu atau sejauh 5 km.
"Terkait hal tersebut pekerja tambang yang ada di seputaran kali gendol langsung menyelamatkan diri sebelum terjadi lahar hujan. Karena sudah ada pengamat yang mengabarkan kejadian tersebut," ujarnya.
Baca: Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas
Adapun sebagai bentuk antisipasi bencana dari Gunung Merapi, Pemerintah Kabupaten Slemam telah menyiagakan 12 barak utama bagi pengungsi, serta menyiapkan stok 600 ribu masker untuk mengatasi dampak abu vulkanik.
Terpisah, Makwan selaku Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman mengatakan bahwa bila terjadi hujan abu dan sampai di lingkungan pemukiman, maka masyarakat diimbau tidak beraktivitas di luar rumah.
Namun bila terpaksa harua menggunakan APD (alat pelindung diri) berupa masker, kaca mata dan jaket.
"Status saat ini masih waspada boleh beraktivitas seperti biasa, tapi tetap meningkatkan kewaspadaan," ucapnya.
Kemudian untuk memudahkan warga menuju barak pengungsian jika sewaktu-waktu terjadi erupsi, Pemkab Sleman telah memasang rambu evakuasi.
Namun demikian Kasi Mitigasi Bencana BPBD Sleman Joko Lelono menyebut masih kekurangan rambu untuk jalur evakuasi.
Menurut dia rambu itu sebenarnya untuk memudahkan masyarakat dari luar daerah.
"Kalau masyarakat lereng Merapi pasti hafal, tapi kalau wisatawan atau orang luar itu yang susah, jadi rambu sebenarnya kami masih butuh banyak," bebernya.(TRIBUNJOGJA.COM)