Techno
Pentingnya Menyadari Gejala Kecanduan Internet
Dimitri menjelaskan, pada tahun 2018 lalu, mahasiswa S3 Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan penelitian terhadap 514 responden di Indonesia.
"Sesuatu yang tidak disuka dia bisa quit sesuka hati. Ia tidak sanggup menghadapi alam nyata,” tambah dia.
Dalam kondisi yang sangat parah, penderita kecanduan internet sulit membedakan dunia nyata dan khayalan.
Ia pernah menghadapi kasus, seseorang yang meminta diantar melamar ke suatu tempat.
Begitu sampai, orang tersebut tidak ada, dan rupanya hanya teman khayalannya saja.
“Seolah orang tersebut masuk ke alam yang lain,” ucap dia.
Di sejumlah negara, sudah bermunculkan klinik-klinik untuk penderita adiksi internet.
Namun, di Indonesia, kecenderungan kasus semacam ini biasanya ditangani oleh psikilog maupun psikiater.
Baca: Kecanduan Gawai, Begini Cara Praktis Menghentikannya!
“Dalam pemberitaan Reuters, di Korea Selatan sebanyak dua juta orang mengalami adiksi internet berbagai tingkatan."
"Sebanyak 68.000 di antaranya berusia 10-19 tahun,” ungkap dia.
Gejalanya, sambung Dimitri, bisa dilihat dari kebiasaan dia sehari-hari.
Orang dengan adiksi internet biasanya tidak tahan tidak bersentuhan dengan internet.
Bila sedang kuliah, rapat, atau lainnya, ia kerap melihat gadget.
Ia akan resah bila tidak bertemu internet dalam beberapa jam.
Waktu interaksi dengan internet pun terbilang panjang.
Di Amerika Serikat, terdapat orang yang setiap harinya harus bersentuhan dengan internet sekitar 18 jam sehari.
“Setiap orang bisa terkena adiksi internet. Jadi bijaklah dalam menggunakan internet,” kata Dimitri.(TRIBUNJOGJA.COM)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penderita Kecanduan Internet Bermunculan, Perhatikan Gejalanya..."
Penulis : Kontributor Bandung, Reni Susanti
Editor : Glori K. Wadrianto