Techno

Pentingnya Menyadari Gejala Kecanduan Internet

Dimitri menjelaskan, pada tahun 2018 lalu, mahasiswa S3 Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan penelitian terhadap 514 responden di Indonesia.

Editor: Ari Nugroho
ist
ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM – Selain membawa dampak positif, meningkatnya penggunaan gawai di Indonesia juga membawa dampak negatif.

Salah satunya, ketergantungan atau adiksi internet.

Adiksi internet ditandai dengan keasikan yang berlebihan atau kurang terkontrol dalam perilaku penggunaan komputer dan akses internet.

Kondisi ini lalu menyebabkan gangguan atau penderitaan pada yang mengalaminya.

“Menurut SS Black DW, Belsare G dalam paper-nya mendefinisikan adiksi internet sebagai pengguna komputer yang kompulsif.”

Begitu penjelasan Chief Lembaga Riset Telematika Sharing Vision Dimitri Mahayana kepada Kompas.com di Bandung, belum lama ini.

Baca: Fitur Terbaru Manage Your Time di Facebook, Cara untuk Mencegah Kecanduan Sosial Media

Lalu, bagaimana dengan pola pengguna internet di Indonesia?

Dimitri menjelaskan, pada tahun 2018 lalu, mahasiswa S3 Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan penelitian terhadap 514 responden di Indonesia.

Ia meneliti ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap internet dengan menggunakan metode Internet Addiction Test (IAT).

“Ada 20 pertanyaan yang harus dijawab dalam metode ini. Misal, seberapa sering Anda lebih memilih online daripada keluar dengan teman-teman?”

Hasilnya, 32,4 persen responden menggunakan internet secara normal.

Lalu 55,3 persen masuk kategori adiksi internet ringan.

Kemudian 11,9 persen mengalami adiksi internet tingkat sedang, dan 0,4 persen mengalami ketergantungan internet yang parah.

“Adiksi internet ini kalau parah mengarah ke Attention Defisit Disorder (ADD).”

Baca: Ilmuwan Temukan Penyebab Pecandu Sangat Sulit untuk Berhenti Merokok

“Setiap mengalami nilai jatuh, putus cinta, lari ke internet. Karena ia bisa kontrol semuanya."

"Sesuatu yang tidak disuka dia bisa quit sesuka hati. Ia tidak sanggup menghadapi alam nyata,” tambah dia.

Dalam kondisi yang sangat parah, penderita kecanduan internet sulit membedakan dunia nyata dan khayalan.

Ia pernah menghadapi kasus, seseorang yang meminta diantar melamar ke suatu tempat.

Begitu sampai, orang tersebut tidak ada, dan rupanya hanya teman khayalannya saja.

“Seolah orang tersebut masuk ke alam yang lain,” ucap dia.

Di sejumlah negara, sudah bermunculkan klinik-klinik untuk penderita adiksi internet.

Namun, di Indonesia, kecenderungan kasus semacam ini biasanya ditangani oleh psikilog maupun psikiater.

Baca: Kecanduan Gawai, Begini Cara Praktis Menghentikannya!

“Dalam pemberitaan Reuters, di Korea Selatan sebanyak dua juta orang mengalami adiksi internet berbagai tingkatan."

"Sebanyak 68.000 di antaranya berusia 10-19 tahun,” ungkap dia.

Gejalanya, sambung Dimitri, bisa dilihat dari kebiasaan dia sehari-hari.

Orang dengan adiksi internet biasanya tidak tahan tidak bersentuhan dengan internet.

Bila sedang kuliah, rapat, atau lainnya, ia kerap melihat gadget.

Ia akan resah bila tidak bertemu internet dalam beberapa jam.

Waktu interaksi dengan internet pun terbilang panjang.

Di Amerika Serikat, terdapat orang yang setiap harinya harus bersentuhan dengan internet sekitar 18 jam sehari.

“Setiap orang bisa terkena adiksi internet. Jadi bijaklah dalam menggunakan internet,” kata Dimitri.(TRIBUNJOGJA.COM)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penderita Kecanduan Internet Bermunculan, Perhatikan Gejalanya..." 
Penulis : Kontributor Bandung, Reni Susanti
Editor : Glori K. Wadrianto

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved