Bantul

Balita di Bantul Ini Terlahir Tanpa Anus, Keluarga Berjuang Dapatkan Colostomy Bag

Berdasarkan saran sang Bidan, Agung yang saat itu masih bayi berumur tiga hari itu kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Sardjito.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Ahmad Syarifudin
Agung Widodo, Balita di Bantul yang terlahir tanpa lubang anus sedang digendong Ibunya, Warsih. 

Laporan Reporter Tribun Jogja Ahmad Syarifudin

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL- Agung Widodo, Bocah kecil berusia 1 tahun 3 bulan terlahir tanpa anus.

Saat ini ia tinggal di Dusun Karasan 06, Desa Palbapang, Kecamatan/kabupaten Bantul.

Supaya bisa buang air besar, anak dari pasangan Warsih (41) dan Budi Raharjo (51) ini terpaksa harus dioperasi untuk membuat lubang pembuangan dibagian perut sebelah kiri.

"Awalnya pas didalam kandungan normal dan saat lahir juga sehat. Kemudian diperiksa sama Bidan. Bidan memasukan jari kelingking ke anusnya, ternyata Buntet. Jadi Buntet itu sudah sejak lahir," kata Warsih, saat ditemui di rumahnya, Jumat (18/1/2019)

Berdasarkan saran sang Bidan, Agung yang saat itu masih bayi berumur tiga hari itu kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Sardjito.

"Di rumah sakit dioperasi, dibuatkan lubang pembuangan kotoran," tutur dia.

Baca: Suami Meninggal Dunia, Endarsih Hidupi Dua Anaknya dari Upah Jasa Setrika

Menurutnya, biaya operasi kala itu menghabiskan Rp 36,5 juta.

Beruntung biaya puluhan juta itu bisa ditanggung oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Ia hanya mengeluarkan biaya yang relatif kecil untuk membeli pampers.

Lubang operasi di tubuh Agung berada di bagian perut sebelah kiri.

Fungsinya sebagai pengganti anus, menjadi saluran pembuangan kotoran.

Warsih mengaku harus rutin membersihkan dan mengganti plastik kolostominya.

Plastik kolostomi (colostomy bag) itu harus ditempelkan di tubuh Agung untuk menampung kotoran dan melindungi lubang pembuangan supaya tidak infeksi.

"Digantinya setiap dua hari sekali," ujar dia.

Baca: Jalan Sunyi Mbah Poniyem, Hidup Sendiri di Usia Senja

Padahal, untuk ukuran keuangan Warsih dan suaminya, Budi Raharjo, yang hanya bekerja sebagai buruh bangunan, harga satu kantong plastik kolostomi (colostomy bag) tidaklah murah.

Kata Warsih, di Apotek harga satuannya Rp 37.500.

Itu pun tidak semua Apotek menjual colostomy bag karena hanya ada di Apotek-apotek besar.

"Kesulitan saya disana, untuk biaya anak sekolah dan membeli plastik kolostomi. Saya tidak bekerja. Suami saya cuma buruh bangunan," ungkap dia.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved