TKW Dibunuh di Singapura karena Menolak jadi Istri Simpanan Pria Bangladesh
Misteri kematian pekerja migran atau tenaga kerja wanita (TKW) di Singapura akhirnya terkuak. Ternyata, Nurhidayati menolak dijadikan wanita simpanan
"Yang paling banyak membantu keuangan keluarga di antara anak-anak kami, ya dia," kata Warsem.
Nurhidayati sempat menikah dengan seorang pria selama tujuh tahun, lalu cerai. Dari pernikahan ini, dia dikaruniai anak, Wisnu Prayogi (11), kelas lima SD.
Dari hasil bekerja di Singapura, Nurhidayati mampu membeli rumah dan tanah yang lokasinya tak jauh dari rumah orangtuanya.
"Baru selesai direnovasi Desember lalu. Habis sekitar Rp 100 juta," ujar Muradi yang diserahi tanggung jawab merenovasi rumah Nurhidayati.
Cyber Crime Mabes Polri Buru Penyebar HOAKS 7 Kontainer Surat Suara Dicoblos
Menurut Muradi, Nurhidayati masih punya cita-cita membangun lagi rumah kecil untuk dirinya.
"Jadi rencananya, rumah yang baru selesai dibangun ini untuk anaknya. Terus mau bangun lagi rumah lebih kecil untuk masa tuanya," tutur Muradi.
Sampai larut malam, sejumlah warga Desa Kenanga yang dikenal sebagai "kampung pekerja migran" ini, masih berkumpul, datang dan pergi, di rumah duka.
Sementara itu, rumah Nurhidayati yang baru selesai direnovasi Desember lalu, masih senyap. Impian membangun rumah kecil berikutnya bagi masa tua Nurhidayati, pupus. (Windoro Adi)
.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menolak Jadi Simpanan, Pekerja Indonesia Dibunuh di Singapura"