Tanda-tanda Alam Pemicu Munculnya Tsunami yang Patut Diwaspadai

Jika terjadi bencana alam seperti ini, hal yang paling perlu untuk diketahui adalah cara menyelamatkan diri.

Editor: Muhammad Fatoni
Pusdalsis KG
Kondisi mobil-mobil di Wisma Kompas Gramedia Karang Bolong Banten setelah dihantam tsunami, Minggu (23/12/2018). 

TRIBUNJOGJA.COM - Tsunami setinggi 1,9 meter telah menerjang pesisir pantai Banten pada Sabtu (22/12/2018) malam.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kemudian menyatakan bahwa bencana itu merupakan tsunami setelah mendapatkan data dari 4 stasiun pengamatan pasang surut di sekitar Selat Sunda pada waktu kejadian, pukul 21.27 WIB.

Untuk penyebabnya, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono ungkap ada dua alasan.

Baca: Bayi Mungil Korban Tsunami Terus Menangis, Orangtuanya Belum Ditemukan

Baca: Saat Tsunami Menerjang, Panggung Seventeen Berjarak 3-4 Meter dari Laut

Baca: VIDEO - Bocah 5 Tahun Selamat Setelah 11 Jam Bertahan di Bawah Puing-puing Tsunami Banten

Yakni karena aktivitas erupsi anak gunung Krakatau dan gelombang tinggi akibat faktor cuaca di perairan Selat Sunda.

Jika terjadi bencana alam seperti ini, hal yang paling perlu untuk diketahui adalah cara menyelamatkan diri.

Namun, sebelumnya perlu diketahui tanda-tanda alam saat tsunami diperkirakan hendak terjadi guna menyiapkan upaya penyelamatan diri.

1. Gempa Besar

Salah satu penyebab utama tsunami adalah gempa bumi yang berpusat di bawah laut.

Jadi, jika Anda bertempat tinggal di sekitar pantai dan merasakan gempa besar atau lama (lebih dari satu menit), sebaiknya Anda bersiap dan langsung menyelamatkan diri.

Perlu diketahui bahwa Indonesia berada di wilayah Cincin Api (memiliki banyak gunung api dan merupakan titik pertemuan sejumlah lempeng bumi).

Sebanyak 50 jenazah korban tsunami Pandeglang dikumpulkan di Puskesmas Carita, Minggu (23/12/2018).
Sebanyak 50 jenazah korban tsunami Pandeglang dikumpulkan di Puskesmas Carita, Minggu (23/12/2018). (KOMPAS.com/Acep Nazmudin)

Oleh karenanya, kesiapsiagaan warganya atas ancaman gempa dan tsunami sangat diperlukan.

2. Air surut atau tidak?

Surutnya air laut adalah salah satu pertanda akan terjadinya tsunami, jika dasar perairan anjlok karena terjadinya gempa.

Setelah air tertarik ke laut, gelombang besar akan menerjang daratan membawa energi balasan.

Baca: Sutopo: BMKG Hanya Miliki Alat Deteksi Tsunami Tektonik, Sulit Tentukan Penyebab Tsunami Selat Sunda

Baca: Analisis Mbah Rono Soal Tsunami di Selat Sunda : Kemungkinan Besar Tubuh Ibu Krakatau Longsor

Meskipun begitu, kapan tsunami sampai di pantai juga bergantung kedalaman air dan di mana lokasi terjadinya gempa dan patahan lempeng tektonik.

Meskipun begitu, tsunami tidak selalu didahului surutnya air laut.

Ada yang juga langsung datang begitu saja tergantung kasusnya.

Dalam kata lain, surut atau tidaknya air laut jelang tsunami bergantung pada lempengan yang diguncang gempa, apakah naik atau turun. Jadi, jika gempa besar terjadi, Anda tidak perlu mencari kabar soal surutnya air laut.

Langsung daja fokus untuk menyelamatkan diri.

3. Gemuruh dari laut

Banyak saksi yang menyebutkan bahwa tsunami terdengar seperti deru kereta api atau pesawat jet.

Dan ketika menerjang, tsunami tidak melulu hanya gelombang tunggal. Gelombangnya bisa datang berkali-kali, bahkan sampai lima kali.

Itulah sejumlah tanda-tanda alam menjelang dan ketika tsunami menerjang. Lalu apa yang harus dan tidak boleh dilakukan untuk menyelamatkan diri, jelang, dan ketika terjadi tsunami?

4. Hal yang Harus Dilakukan: Lari, Diam, dan Terus Berlayar

Dalam Buku Saku Tanggap Tanggas Tangguh Menghadapi Bencana yang dikeluarkan BNPB, orang yang tinggal di pesisir pantai diminta untuk segera berlari ke tempat tinggi setelah gempa besar terjadi.

American Red Cross menyebut, idealnya warga berlari ke bukit atau tempat dengan ketinggian di atas 30 meter, sejauh 3km dari pinggir laut.

Baca: Penjelasan BNPB Soal Peringatan Dini Tsunami dari BMKG

Baca: Tsunami Banten dan Lampung, Erupsi Anak Krakatau, Banyak Korban Termasuk Personil Band Seventen

Oleh karena itu, kita yang tinggal di daerah pesisir harus paham lingkungan sekitar, tahu di mana bukit atau tempat tinggi terdekat yang bisa dicapai seandainya tsunami mengancam.

Apabila Anda berada di kapal atau perahu yang tengah berlayar, upayakan untuk tetap berlayar dan menghindari wilayah pelabuhan, karena hantaman gelombang lebih membahayakan jika semakin dekat ke pantai.

5. Hal yang Tidak Boleh Dilakukan: Ambil Foto/ Video, Berkendara, Lintasi Jembatan

Setelah gempa besar atau lama mengguncang, fokuslah menyelamatkan diri.

Meskipun berita soal gempa dan tsunami di berbagai wilayah dunia, penyebaran informasi awalnya cepat tersebar karena foto dan video yang diambil warga.

Dibanding sibuk merekam kejadian, lebih baik selamatkan diri dengan mencari tempat tinggi.

Keselamatan diri jauh lebih penting dibandingkan momen yang ingin diabadikan menggunakan kamera Anda juga tidak perlu melihat ke pinggir pantai untuk memastikan apakah air surut atau tidak, karena tsunami juga bisa datang tanpa dimulai dengan surutnya air laut.

Selain itu, sebaiknya hindari berjalan melewati jembatan karena gempa susulan mungkin bisa terjadi, dan jika tsunami bergerak lebih cepat, akan lebih sulit juga menyelamatkan diri. (*/kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved