Liga Indonesia
Manahati Lestusen: Terimakasih, Warga Bantul!
PS Tira dipastikan kembali ke homebase lamanya di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, untuk kompetisi Liga 1 2019 mendatang.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - PS Tira dipastikan kembali ke homebase lamanya di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, untuk kompetisi Liga 1 2019 mendatang.
Dengan begitu, hanya satu musim saja, The Young Warriors menempati Stadion Sultan Agung (SSA), Bantul, sebagai kandangnya.
Keputusan tersebut, tidak kepas dari terjalinnya kerja sama antara PS Tira dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor, terkait penggunaan stadion.
Bahkan, kabarnya, kedua belah pihak telah menyepakati kerja sama jangka panjang, hingga 30 tahun ke depan.
PS Tira sendiri gagal meninggalkan jejak mentereng selama satu musim berkandang di SSA.
Mereka harus bersusah payah untuk lepas dari jerat degradasi di pekan terakhir Liga 1 2018.
Baca: PS Tira Pastikan Tak Lagi Berkandang di Stadion Sultan Agung Musim Depan, Pilih Pindah ke Pakansari
Walau begitu, kapten tim Manahati Lestusen mengaku bumi Projo Tamansari tetap meninggalkan kesan manis di karirnya.
Meski selama ini masyarakat Bantul tidak terlalu antusias, eks skipper Timnas Indonesia U-21 tersebut, tetap menghaturkan ucapan terimakasih.
"Musim depan kita meninggalkan Bantul, karena kembali berkandang di Pakansari. Ya, pastinya kita ucapkan terimakasih untuk warga Bantul, walaupun mereka tidak terlalu antusias dengan keberadaan kita di sini," katanya.
Selama berkandang di SSA, PS Tira bagaikan bermain home, dengan rasa away.
Bagaimana tidak, venue lebih sering dipenuhi suporter klub lawan, terutama yang memiliki basis massa besar, seperti Persebaya Surabaya, Persija Jakarta, hingga PSIS Semarang.
Baca: Manajemen Borneo FC Bantah Terima Suap untuk Loloskan PS Tira dari Degradasi
Kegagalan PS Tira menarik dukungan bukan tanpa alasan.
Selain memiliki Persiba Bantul di Liga 3, di DIY masih terdapat pula dua klub yang punya pengaruh tak kalah kuat, yakni PSIM Yogyakarta di Liga 2 dan PSS Sleman, yang bermain di Liga 1 musim depan.
Karena itu, rasanya mustahil, ketika kedatangan klub musafir, yang belum memiliki sejarah nan panjang di kancah sepakbola tanah air, bisa merusak hegemoni tiga klub tradisional di tanah Mataram tersebut.