Gunungkidul
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Gunungkidul Kembangkan Perpustakaan Berbasis Fungsi Sosial
Perpustakaan ini tidak hanya tempat membaca tetapi juga perpustakaan yang dapat memberdayakan masyarakat.
Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Wisang Seto Pangaribowo
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Gunungkidul kembangkan Perpustakaan Desa Berbasis Fungsi Sosial.
Perpustakaan ini tidak hanya tempat membaca tetapi juga perpustakaan yang dapat memberdayakan masyarakat.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Gunungkidul, Ari Ridlo mengatakan dengan konsep perpustakaan berbasis fungsi sosial masyarakat dapat meningkatkan perekonomian masyarakat desa.
"Saat ini perpustakaan tidak hanya untuk menyimpan buku dan tempat membaca, saat ini perpustakaan harus ada jaringan internet," tuturnya pada Tribunjogja.com, Jumat (7/12/2018).
Baca: Atasi Kekeringan, Setiap Tahun Pemerintah Gunungkidul Bangun 40 Sumur Bor Baru
Menurutnya dengan adanya jaringan internet masyarakat dapat memperoleh informasi yang tak terbatas dengan demikian diharapkan dapat muncul ide-ide baru.
"Dengan ide-ide baru masyarakat dapat membuat sesuatu seperti membuat channel di Youtube yang bisa mendapatkan uang, atau menjual barang hasil karya seperti batik bahkan pertanian," tuturnya.
Saat ini dari total 144 desa yang sudah aktif mendirikan Perpustakaan Desa Berbasis Fungsi Sosial baru 29 desa karena masih minim kesadaran desa untuk memanfaatkan Perpustakaan Desa.
"Fungsi sosial maksudnya adalah ketika orangtua atau ibu-ibu mengantarkan anaknya ke PAUD orangtua bisa singgah ke perpustakaan, dengan apa yang didapat di perpustakaan bisa didiskusikan kembali dengan orangtua lainnya dari situ dapat dikembangkan usaha-usaha," jelasnya.
Ia mengakui saat ini memang menemui kendala dalam praktiknya.
Satu di antaranya adalah masih adanya wilayah desa yang masuk ke dalam blank spot, sehingga dibutuhkan kerjasama antar stakeholder.
"Kami terus melakukan rapat antar stakeholder untuk membantu program ini, desa juga akan kami berikan pelatihan advokasi. Sebagai contoh desa yang sukses menerapkan Perpustakaan Desa adalah di Desa Kepek," tuturnya.
Menurutnya di Desa Kepek, Perpustakaan Desa sudah berhasil memberdayakan masyarakat, yaitu masyarakat mendapatkan inspirasi dari buku maupun internet dan memanfaatkan internet untuk wadah jual beli.
"Masyarakat di kepek awalnya belajar bagaimana cara membatik setelah bisa membuat mereka juga telah dapat menjual belikan hasil karyanya, saya dapat informasi di Kepek batiknya sudah dijual ke luar negeri," imbuhnya.
Dihubungi terpisah, Kepala Desa Kepek, Bambang Setyawan menuturkan untuk mengembangkan perpustakaan pertama kali yang dilakukan adalah mengubah letak perpustakaan sehingga dapat menumbuhkan minat berkunjung masyarakat.
Jika awalnya perpustakaan berada di sudut ruangan kantor desa, kini perpustakaan dipindahkan di gardu pos ronda di tiap-tiap padukuhan.
"Kalau hanya di dalam kantor desa tidak akan menarik, makanya kami pindah perpustakaannya," imbuhnya.
Awalnya memang mendapatkan protes oleh masyarakat sekitar karena letaknya yang tidak lazim yaitu di pos ronda, tetapi lama-kelamaan justru pengunjung perpustakaan bertambah.
Baca: Masuk Musim Penghujan, BPBD Gunungkidul Minta Pemdes Cek EWS
"Kami tidak hanya memfasilitasi buku-buku, kami juga menambahkan internet sehingga informasi yang didapat tidak hanya terbatas dengan buku-buku saja," katanya.
Di desa Kepek internet dimanfaatkan untuk menggerakkan roda perekonomian masyarakat, dengan cara menjual produk hasil karya warga Kepek yang berupa batik.
"Kami bekerjasama dengan Kampung Batik Manding Kepek, untuk bagaimana cara membuat batik. Setelah bisa membuat masyarakat juga menjual karyanya melalui dunia maya," jelasnya.
Menurutnya dengan adanya perpustakaan yang dilengkapi fasilitas internet masyarakat tidak hanya dapat mengakses informasi maupun ilmu baru, tetapi juga dapat menambah perekonomian masyarakat Kepek. (*)