Bantul

Jumlah Kasus Kekerasan terhadap Anak dan Perempuan di Bantul Meningkat

Hingga menjelang akhir tahun 2018, saat ini tercatat sudah ada 195 perempuan dan anak menjadi korban kekerasan.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
Tribun Jogja/ Suluh Pamungkas
Ilustrasi kekerasan pada anak 

"Ketika Guru bisa menjadi teman. Harapannya, para murid bisa nyaman bercerita, keluh kesah, ataupun mengungkapkan masalah yang tengah dihadapi," imbuh dia.

Pelatihan konselor bagi guru BK sangat penting.

Mengingat kekerasan terhadap perempuan dan anak pada jenjang usia sekolah masih relatif tinggi.

Dari 195 anak dan perempuan yang menjadi korban kekerasan, sebagian di antaranya pada lintas jenjang sekolah.

Korban sekolah dasar sebanyak 34 anak, sekolah menengah pertama 64 anak dan ada juga sekolah lanjutan tingkat atas, sebanyak 15 anak.

Baca: Kekerasan Psikis pada Anak Bisa Berdampak Buruk

Sementara, kekerasan yang menyasar pada usia anak 0-13 tahun tercatat ada 75 anak, terdiri dari laki-laki sebanyak 31 anak dan perempuan, ada 44 anak.

Untuk kategori usia remaja tahap kedua, kisaran umur 24 tahun, yang menjadi korban kekerasan, mencapai 19 remaja, terdiri dari 17 perempuan dan 2 laki-laki.

"Jangan dikira hanya perempuan saja yang menjadi korban. Laki-laki juga bisa menjadi korban kekerasan," terang dia.

Kekerasan yang dialami oleh korban jenisnya bermacam-macam, dari mulai kekerasan fisik, pelecehan, pencabulan hingga pemerkosaan.

Dihubungi terpisah, Program Development Officer di Rifka Annisa, Defirentia One, berpendapat naiknya jumlah kekerasan terhadap anak dan perempuan di kabupaten Bantul bisa diartikan kesadaran korban untuk melapor sudah relatif tinggi, sehingga kasus-kasus kekerasan bisa segera ditangani dan korban mendapatkan perlindungan serta pemulihan.

Namun demikian, ia menggaris bawahi bahwa tingginya kesadaran korban untuk melapor harus pula dibarengi dengan penindakan hukuman secara tegas kepada para pelaku.

"Ini penting untuk memberikan efek jera dan agar kasus tidak berulang," tuturnya.

Defirentia berpendapat, banyaknya laporan kekerasan terhadap anak dan perempuan tidak selalu mencerminkan jumlah kasus yang sebenarnya.

Baca: Ada 195 Perempuan dan Anak di Bantul Jadi Korban Kekerasan

Ibarat fenomena gunung es, sebagian masyarakat masih menutup-tutupi kasus kekerasan dan bahkan tidak peduli pada korban.

"Ini yang membuat korban-korban tidak cukup berani melaporkan kekerasan yang dialaminya," kata dia.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved