Internasional
Nekat Temui Suku Pedalaman yang Tak Segan Bunuh Orang Asing, Pria asal AS Ini Dilaporkan Tewas
Adapun keluarga Chau dalam unggahan Instagram mengungkapkan dia sebagai pribadi yang menyenangkan dan sayang kepada keluarganya.
Sebelum pergi ke Sentinel Utara, Chau sempat menuliskan sejumlah catatan yang kemudian diserahkan kepada nelayan lokal.
Dalam catatan bertanggal 15 November, Chau berkata dia membawa Kitab Suci yang sempat tertembus anak panah saat dia berusaha menuju ke sana.
Baca: Turis Tiongkok akan Geser Dominasi AS dan Jerman, Naik Dua Kali Lipat pada 2030
Adapun pesan terakhir Chau diberikan ke keluarganya pada 16 November.
Dalam pesannya, Chau berujar keluarganya bakal menganggap dia gila.
"Namun, saya merasa itu layak diperjuangkan. Tolong jangan marah jika saya nantinya tewas," ujar Chau dalam suratnya.
Teman Chau, Casey Prince, berkata Chau sangat memahami risiko yang menghadang.
"Dia pernah bercerita digigit seekor ular berbisa," paparnya.
Adapun keluarga Chau dalam unggahan Instagram mengungkapkan dia sebagai pribadi yang menyenangkan dan sayang kepada keluarganya.
Mereka berkata telah memaafkan suku Sentinel, dan meminta kepada pemerintah setempat untuk melepaskan nelayan yang membantu Chau.
"Dia pergi atas kemauannya sendiri. Tolong jangan menghukum pihak lokal yang sudah membantunya," ujar keluarga dalam keterangan resmi.
Pulau Sentinel Utara terputus dari dunia luar, bahkan oleh pemerintah India, demi melindungi kelangsungan Suku Sentinel yang dilaporkan tinggal 150 orang.(TRIBUNJOGJA.COM)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Tolong Jangan Marah jika Saya Nantinya Tewas"", https://internasional.kompas.com/read/2018/11/22/15263841/tolong-jangan-marah-jika-saya-nantinya-tewas.
Penulis : Ardi Priyatno Utomo
Editor : Ardi Priyatno Utomo