Yogyakarta
Kemensos Kaji Terobosan Teknologi Biometrik 'Face Recognition' untuk Penyaluran Bansos
Sistem face recognition ini dianggap Mensos mampu mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan di lapangan.
Penulis: Noristera Pawestri | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Noristera Pawestri
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Mensos RI Agus Gumiwang Kartasasmita menargetkan, tahun 2019 program Bantuan Sosial Rastra (beras sejahtera) ke BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai) sudah tuntas 100 persen.
Untuk itu, Mensos Agus meminta pemerintah daerah yang masoh melaksanakan Bantuan Sosial Rastra untuk segela melakukan berbagai persiapan.
Baca: Mensos Targetkan Program Rastra ke BPNT Tuntas pada 2019
Ia menambahkan, ada beberapa upaya-upaya yang perlu dilakukan seperti inovasi-inovasi dengan mengenalkan sebuah teknologi yang akan dipegang oleh Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dan juga oleh Himbara (Himpunan Bank Milik Negara).
"Teknologi yang kita sebut dengan biometrik. Biometrik itu kita harapkan KPM ketika membelanjakan dananya pakai sistem face recognition, jadi tidak lagi memasukkan pin number tapi face recognition," ujar Mensos pada Rabu (7/11/2018).
Dari informasi yang dihimpun Tribunjogja.com, sistem face recognition ini dianggap Mensos mampu mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan di lapangan.
Saat ini pihaknya sedang mengkaji face recognition, sehingga ia berharap melalui sistem ini tidak ada lagi kendala-kendala yang tidak diinginkan di lapangan.
"Khususnya ketika para KPM membelanjakan di warung-warung yang sudah ada," kata dia usai acara Evaluasi Pelaksanaan Bantuan Sosial Pangan Direktorat Penanganan Fakir Miskin Perkotaan Wilayah II Tahun 2018 di The Rich Hotel Yogyakarta.
Mensos juga menyebutkan, survei BPS pada Maret lalu menunjukkan angka kemisiknan sudah di bawah 9,8 persen.
Untuk itu, ia menargetkan, pada akhir 2019, angka kemiskinan di Indonesia mencapai 9,5 hingga 9,3 persen.
Baca: Mensos Agus Gumiwang Langsung Tancap Gas Tangani Korban Gempa NTB
Ia pun optimis, target tersebut bisa dicapai yakni dengan memperbesar indeksnya, sementara programnya sendiri hampir sama dan tidak ada perubahan.
"Indeks yang kita tingjatkan itu untuk mempercepat saudara kita keluar dari garis kemiskinan. Saya sangat optimis pada akhir 2019 angka kemiskinan di bawah 9,5 persen," jelasnya. (*)