Nasional
MAK Lepas Ekspor Alkes ke Lima Negara
Nila mengatakan bahwa produk Alkes industri dalam negeri ternyata tidak kalah saing dengan produk-produk serupa yang diimpor
Laporan Calon Reporter Tribun Jogja, Yosef Leon Pinsker
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - PT Mega Andalan Kalasan (MAK), produsen alat-alat kesehatan (Alkes) yang telah beroperasi sejak 2005 lalu, melakukan pelepasan ekspor Alkes ke lima negara yang meliputi, Jepang, Tanzania, Australia, Myanmar, dan Filipina.
Pelepasan tersebut, sekaligus juga bersamaan dengan peresmian Export Oriented Production (EOP) yang dihadiri oleh Menteri Kesehatan RI, Nila F Moeloek, Kamis (1/11) di Mega Andalan Technopark.
Dalam pernyataannya, Nila mengatakan bahwa produk Alkes industri dalam negeri ternyata tidak kalah saing dengan produk-produk serupa yang diimpor, terbukti dengan dilakukannya pelepasan ekspor oleh MAK ke berbagai negara.
Alkes produksi dalam negeri telah mampu memenuhi standar yang ditetapkan dari negara lain.
Baca: Stop Perilaku BABS, Kulonprogo Diganjar Penghargaan Menkes
"Hal ini tentunya menjadi bagian dari keberhasilan industri kesehatan di Indonesia. Kami juga sampaikan dan mendorong agar rumah sakit yang ada di Indonesia dapat menggunakan produk-produk dalam negeri," ucap Menkes.
Komisaris Utama PT MAK, Buntoro mengatakan bahwa, perluasan pasar dari pihaknya kini telah menjangkau lebih dari 40 negara, dengan lima tujuan ekspor utama, yakni Jepang, Uni Emirat Arab, Prancis, Myanmar, dan Tanzania.
Khusus untuk Jepang yang telah dimulai sejak 2013 lalu, dikatakan Buntoro bahwa total ekspornya kini telah mencapai kontainer ke 547 atau setara dengan 49.289 unit homecare bed senilai USD10 juta selama lima tahun ini.
"Peningkatan itu tidak terlepas dari pelayanan yang kami lakukan lewat, kualitas produk, harga yang kompetitif, ketepatan pengiriman, dan juga pengujian produk," kata dia.
Baca: Philips Fokus Garap Produksi Alat Kesehatan
Buntoro melanjutkan, dengan diresmikannya EOP tersebut, nantinya akan dapat mengantisipasi lonjakan ekspor produk yang diproyeksikan meningkat pada 2020 mendatang, sehingga kapasitas produksi EOP itu kini menjadi 10 kontainer per minggu atau 500 kontainer selama setahun dengan nilai mencapai USD10 juta per tahunnya.
"Keberhasilan ini juga kami harap bisa menjadi role model bagi pemerataan pembangunan ekonomi daerah, sehingga gerakan kolosal membangun ekonomi berbasis industri bisa diwujudkan," tambah dia.
Sementara, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, Tri Saktiana mengatakan, guna mendukung, mempersiapkan, dan mendorong Revolusi Industri 4.0, orientasi ekspor yang telah dilakukan MAK perlu ditularkan pada industri lainnya.
"Karena selain sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi di DIY secara umum juga sebagai bagian dari implementasi dari dorongan untuk Revolusi Industri 4.0," katanya.(TRIBUNJOGJA.COM)
