Yogyakarta
AFJ : Sirkus Lumba-lumba Merupakan Eksploitasi
Meskipun sudah ada peraturan tentang kesejahteraan dan kesehatan hewan, menurutnya hewan yang ada dalam sirkus jauh dari sejahtera.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
Meski sudah ada peraturan yang mengatur, Animal Friend Jogja (AFJ) tetap menganggap pertunjukan lumba-lumba merupakan eksploitasi hewan.
Program Manajer Angelina Pane mengatakan pertunjukan lumba adalah pemaksaan kehendak.
"Konservasi darimana, sirkus lumba-lumba itu ya tetap eksplotasi. Lumba-lumba habitatnya dimana? Sekarang kalau sirkus tempat tinggalnya jadi seberapa? Itu namanya pemaksaan kehendak. Itu eksploitasi yang berkedok konservasi, untuk bisnis saja itu," katanya.
Meskipun sudah ada peraturan tentang kesejahteraan dan kesehatan hewan, menurutnya hewan yang ada dalam sirkus jauh dari sejahtera.
Selain dari habitatnya yang berubah, perlakuan kepada hewan sirkus belum tentu baik.
"Lihat habitat aslinya saja sudah beda. Lalu air itu kelihatannya bersih, itu dikasih klorin. Padahal kan tidak boleh. Suara bising itu juga sebetulnya tidak boleh, tetapi apa, malah ada musik-musiknya keras sekali. Kalau yang sirkus keliling, pegawainya pada tidur dimana, di tenda kan dan tidak nyaman. Apalagi hewannya," ungkapnya.
"Kalau seperti itu bagaimana konservasinya, malah dilanggar sendiri etikanya. Berperilaku alami itu juga termasuk etika ya, tetapi sekarang lumba-lumba malah disuruh menghitung, atau hewan lain suruh mendorong gerobak. Itu kan juga bukan perilaku alaminya. Lalu apa yang dipertahankan?" lanjutnya.
Angelina pun menyayangkan karena pertunjukan lumba-lumba masih boleh digelar di Yogyakarta.
Ia pun telah mengirimkan surat kepada Pemerintah Kota Yogyakarta dan Dinas Pendidikan.
"Kami sudah bersurat dengan Pemkot Yogya, kemarin katanya akan meninjau ulang. Kami sekarang masih menunggu untuk audiensi. Kami juga bersurat dengan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Karena pihak sirkus juga pergi ke sekolah-sekolah untuk mengundang siswa," ujarnya.
Baca: Bayi Lumba-Lumba Mati Setelah Digilir Turis untuk Selfie
"Ini sangat disayangkan bisa terjadi di Yogyakarta, sebagai kota pendidikan. Indonesia juga jadi negara terakhir yang masih ada sirkus lumba-lumba. Makanya kami tanya ke Dinas Pendidikan, sisi edukasinya dimana," sambungnya.
Menurutnya dengan pengenalan sirkus pada anak-anak justru mengajarkan eksplotasi hewan.
Jika ingin melakukan konservasi dan edukasi, lebih baik para pengelola dan lembaga konservasi membuat penelitian tentang lumba-lumba.
"Edukasinya dimana, ngajarin nggak apa-apa eksplotasi satwa untuk kepentingan manusia? Mending yang berlabel lembaga konservasi itu bikin penelitian tentang lumba-lumba, jelas lebih ada manfaatnya buat pendidikan. Sirkus ini terbukti membuat populasi lumba-lumba menurun. Masa hidup lumba-lumba juga cuma sebentar," tutupnya. (*)