Sains
Alien Mungkin Berwarna Ungu
Sejauh ini, para astrobiologis hanya mendeteksi kehidupan di ruang angkasa dengan mendeteksi "tepi merah" saja.
Dalam makalah yang terbit 11 Oktober 2018 lalu, para peneliti menulis bahwa pigmen ini mungkin tidak seefisien klorofil dalam menangkap energi matahari.
Meski begitu, mereka lebih sederhana.
Baca: 5 Ramalan Ilmiah Stephen Hawking : dari Bencana Hingga Perjumpaan dengan Alien
Uniknya, cara pengambilan cahaya oleh pigmen retinal ini masih terus berkembang hingga sekarang.
Mereka terus ada di dalam bakteri dan organisme bersel satu yang disebut Archaea.
Dalam wawancaranya dengan Live Science, Minggu (21/10/2018), salah satu peneliti Edward Schwieterman mengatakan bahwa organisme ungu tersebut telah ditemukan di mana-mana, mulai dari lautan hingga Lembah Kering Antartika.
Pigmen retinal juga ditemukan dalam sistem visual hewan yang lebih kompleks. Ini berarti, mereka telah berevolusi sangat awal pada cabang pohon kehidupan.
Alien Ungu
Bagi DasSarma, kehidupan awal yang berwarna ungu ini juga bisa diterapkan dalam pencarian kehidupan asing di ruang angkasa.
Artinya, ahli mikrobiologi ini berpikir bahwa alien juga berwarna ungu.
Jika kehidupan asing menggunakan pigmen retinal untuk menangkap energi, para astrobilogis hanya perlu mencari tanda kehidupan dengan cahaya tertentu saja.
Schwieterman mengatakan, Klorofil menyerap sebagian besar cahaya merah dan biru.
Tapi spektrum yang dipantulkan dari planet yang dipenuhi tumbuhan menunjukkan apa yang disebut sebagai "tepi merah vegetasi".
Pantulan merah ini adalah perubahan mendadak dalam pantulan cahaya di bagian spektrum inframerah dekat, di mana tanaman tiba-tiba berhenti menyerap panjang gelombang merah dan mulai memantulkannya.
Sebaliknya, menurut Schwieterman, fotosintesis berbasis pigmen retinal memiliki "tepi hijau".
Ini terjadi karena mereka menyerap cahaya ke bagian spektrum hijau dan mulai memantulkan panjang gelombang yang lebih jauh.