Kota Yogyakarta
Warga Kampung Magersari Pasang Pitutur Jawa untuk memberikan Pesan Damai Pemilu
Pitutur Jawa tersebut dibuat untuk mengingatkan masyarakat Yogyakarta tentang nasihat leluhur.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
Untuk pitutur Jawa tersebut, Alex mengungkapkan ingin memberikan pesan damai jelang Pemilu 2019 mendatang.
Melalui pitutur yang dipasang di pinggir jalan, warga ingin agar dalam pesta rakyat mendatang tidak terjadi gesekan.
"Ya meskipun tidak langsung merujuk ke Pemilu. Tetapi kami pengen selama proses kampanye hingga nanti Pemilu Yogyakarta tetap aman dan damai, jangan sampai ada gesekan karena beda pendapat. Ya meskipun memang melalui tulisan-tulisan itu tidak akan berdampak besar, tetapi setidaknya sudah ada upaya untuk menjaga," ungkapnya.
Ayah satu anak itu menjelaskan bahwa selain untuk memberikan pesan pada masyarakat yang lewat, tujuan pembuatan pitutur Jawa adalah untuk mengenalkan kembali bahasa Jawa melalui pitutur.
Apalagi Kampung Magersari merupakan kampung yang memiliki surat kekancingan dari Keraton.
Sehingga berkewajiban untuk selalu menjaga tradisi.
Ada sekitar 40 rumah pemegang kekancingan.
Baca: FKKMK UGM untuk Pertama Kali Jadi Tuan Rumah IMO
Warga bahu membahu untuk terus melestarikan budaya dengan membuat kegiatan-kegiatan yang berbau budaya.
"Dulu kampung ini jadi pelopor TPS yang nJawani. Petugas menggunakan pakaian adat. Nanti selagi penghitungan suara, warga juga disuguhi tari-tarian Jawa, sekitar tahun 2004. Termasuk dengan pitutur itu ya upaya untuk menjaga tradisi yang juga jadi kewajiban warga. Kami sudah diberi surat kekancingan dari Keraton, jadi ya tanggungjawab kami jaga budaya,"jelasnya.
Ia pun berharap langkah-langkah kecil yang dilakukan oleh Kampung Magersari bisa ditiru oleh kampung lain. (*)