Jejak-jejak di Dalam Gua Ungkap Bencana Tsunami Purba yang Pernah Menghantam Aceh

Sebelum gempa dan tsunami Palu atau Aceh, peristiwa tsunami purba juga pernah menghantam Aceh ribuan tahun lalu

Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
www.klikpositif.com
Ilustrasi: Tsunami 

TRIBUNJOGJA.COM - Jauh sebelum peristiwa gempa dan tsunami di Palu, serta gempa dan tsunami di Aceh pada 2004 lalu, peristiwa bencana alam berupa gempa dan tsunami purba juga pernah melanda kawasan Aceh ribuan tahun silam.

Ini terungkap oleh peneliti Earth Observatory of Singapore, Charles Rubin yang pernah mengklaim telah menemukan jejak tsunami purba yang terjadi di Aceh.

Temuan berharga ini, bisa menjadi petunjuk untuk memprediksi kapan peristiwa serupa itu akan terulang. Apakah dalam rentang waktu beradab-abad, ataukah hanya berselang beberapa dekade saja?

Analisis dan Kajian Penyebab Tsunami Palu, Dipicu Longsoran Bawah Laut saat Gempa 7,7 SR

Adapun informasi ini diperoleh dari temuan sebuah gua yang lokasinya tak jauh dari sumber tsunami dahsyat yang dipicu gempa besar pada 2004 lalu. Di gua tersebut, terdapat jejak-jejak gelombang besar yang diperkirakan berusia sekitar 7500 tahun. Ini merupakan petunjuk berharga yang bisa menjadi sumber prediksi siklus bencana.

Penampakan Wilayah Sulawesi Tengah Pascagempa Bumi dan Tsunami via Street View Google Maps

Temuan itu disebutkan memiliki jejak rentetan siklus tsunami paling rinci yang terjadi dari ujung barat Pulau Sumatera di Aceh. Di tempat inilah, bancana dahsyat berupa gelombang tsunami setinggi 30 meter pernah meluluhlantakan Aceh pada 26 Desember 2004 lalu. Tsunami itu, dipicu oleh gempa dahsyat berkekuatan 9,1 SR. Akibatnya, 230 ribu orang dilaporkan tewas. Dari jumlah itu, setengah diantaranya berada di Aceh yang menjadi kawasan terparah akibat tsunami ini.

The China Post, melaporkan bahwa gua yang terbentuk dari kapur ini, terletak hanya beberapa ratus meter saja dari pantai yang berada di Banda Aceh. Gua ini terlindungi dari badai dan angin, hanya gelombang besar yang menggenangi kawasan pesisir saja yang mampu menyemburkan api hingga ke dalam gua.

Tsunami Langit Terjadi di Alabama

Sementara itu, di tahun 2011 lalu, para peneliti juga menemukan deposit pasir dari dasar laut yang tersapu hingga ke dalam gua.

Pasir ini tersimpan di dalam gua selama ribuan tahun, dan diketahui membentuk susunan yang rapi berlapis yang bercampur dengan kotoran kelelawar. Namun bagi para peneliti, ini menjadi bukti penting bagaimana memetakan urutan waktu kejadian bencana tersebut.

Yang mengejutkan, dari hasil perhitungan radio karbon terhadap sisa pasir, kulit kerang dan sisa organisme mikroskopis lainnya, peneliti menyebutkan bahwa ada 11 kali peristiwa tsunami yang sama sebelum terjadi tsunami tahun 2004 lalu.

Dahsyatnya Terjangan Tsunami, KM Sabuk Nusantara 39 Terhempas ke Atas Pelabuhan Pantoloan

Charles menyebut bahwa yang terakhir, terjadi sekitar 2800 tahun yang lalu. Namun ia juga memprediksi setidaknya ada empat kali tsunami dalam kurun waktu 500 tahun terakhir.

Para peneliti yakin bahwa telah terjadi dua kali gempa dahsyat antara tahun 1393 dan 1450.

Adapun, para peneliti masih terus mencoba menggali informasi untuk menentukan seberapa besar gelombang yang masuk hingga ke gua. Ia menambahkan bahwa temuan gua itu diketahui secara kebetulan lantaran bukan bagian dari kerja lapangan yang mereka rencanakan sebelumnya.

"Pesannya bahwa bencana seperti tahun 2004 lalu, bukan berarti tidak akan terjadi dalam kurun waktu 500 tahun," katanya.

"Kami telah menyaksikan bahwa peristiwa itu terjadi dalam rentang waktu yang relatif berdekatan. Namun saya tidak akan mengeluarkan peringatan bahwa gempa bumi benar-benar akan terjadi (dalam waktu dekat), namun itu menunjukan bahwa rentetan waktunya sangat bervariasi," tambahnya.

Video Tsunami yang Menerjang Wilayah Palu Pascagempa Bermagnitudo 7,7

Charles Rubin menegaskan bahwa belum diperoleh petunjuk yang jelas tentang frekuensi tsunami yang terjadi atau kapan tsunami berikutnya akan terjadi.

Sementara itu, gempa dahsyat yang memicu tsunami pada 2004 lalu sangat mengejutkan para peneliti. Terutama lantaran adanya kesalahan memprediksi aktivitas seismik pada lapisan bumi yang terkenal tenang selama ratusan tahun. Dan sejak terjadi gempa bumi dahsyat dalam rentang waktu 500 tahun ke belakang, tidak ada sejarah lisan yang bisa membantu untuk memahami resiko itu.

Sejak peristiwa itu pula, para peneliti mulai fokus untuk memelajari aspek-aspek kesejarahan di lokasi-lokasi yang rawan bencana. Mereka melakukan pengukuran terhadap sisa pasir, karang yang terangkat hingga pemetaan dengan menggunakan GPS.

"Temuan ini sangat penting," ucap Katrin Monecke, profesor geosains di Wellesley College Massachusetts ketika memberikan penjelasan melalui email.

Adapun dirinya telah melakukan penelitian deposit pasir tsunami yang ditemukan di daerah rawa-rawa. Namun ia sendiri tidak terlibat dalam penelitian dan temuan gua oleh peneliti dari Singapura. Temuan Katrin ini, kemudian disajikan dalam sebuah konferensi American Geophysycal Union yang digelar di San Francisco.

"Lapisan pasir di gua memberikan gambaran rentang waktu yang sangat lama, dan memberikan petunjuk yang sangat baik mengenai frekuensi gempa yang pernah terjadi," katanya.

Geolog Kerry Sieh yang merupakan direktur kelompok peneliti Singapura yang mengkaji jejak tsunami dalam gua meramalkan bahwa gempa dahsyat yang lain akan terjadi dalam beberapa dekade mendatang. Gempa tersebut akan terjadi seiring dengan siklus gempa itu sendiri. Terlebih, gempa tahun 2004 lalu telah mengakibatkan adanya tekanan yang lebih besar pada titik retakan. Namun begitu, sejarah sangat bervariasi, tidak mungkin ia membuat perkiraan yang tepat mengenai kapan gempa itu akan terjadi.

"Dengan memelajari kejadian tsunami di masa lalu, mungkin kita bisa melakukan perencanaan dan mitigasi lebih matang untuk tsunami berikutnya," demikian keterangan yang disampaikan Nazli Ismail, seorang Kepala Departemen Fisika dan Geofisika Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh yang juga tergabung dalam penelitian tersebut. (mon/chinapost)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved