Menyambangi Museum Nasional Jakarta
Jejak Kejayaan Masa Silam: Inilah Deretan Harta Karun Emas dari Wonoboyo, Klaten
Kekayaan nasional ini ditemukan tahun 90an oleh para penggali pasir di Dusun Plosokuning, Wonoboyo, Jogonalan, Klaten.
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
Inilah mangkuk emas Wonoboyo, sebuah wadah berlekuk enam dengan hiasan relief di semua sisinya. Reliefnya serupa adegan Ramayana di Candi Prambanan dan Candi Penataran. Dibuat dalam teknik repousse dengan ketelitian tinggi.
Fungsi mangkuk lonjong emas ini diduga kuat sebagai wadah persembahan atau sesaji. Dari gayanya, bentuk mangkuk ini diambil dari gaya mangkuk zaman dinasti Tang. Secara garis besar enam sisi mangkuk lonjong itu melukiskan adegan Dewi Sita digoda kijang emas.
Kemudian adegan Rama memburu kijang emas. Berikutnya adegan Rama memanah kijang yang kemudian menjelma jadi raksasa Marica. Selanjutnya adegan Rahwana menculik Dewi Sita. Relief kelima, Rahwana membawa terbang Dewi Sita dengan kereta puspaka yang kemudian bertemu Jatayu
Relief keenam, melukiskan saat adegan Dewi Sita sudah di taman Istana Alengka, ditemani dayang-dayang. Semua bidang di luar enam relief ini dihiasai ukiran pepohonan, rumah, balai- balai.
"Ini memang salah satu koleksi paling menojol dari harta emas Wonoboyo. Kilau emasnya lebih berpendar daripada yang lain. Mungkin bahan emasnya berbeda," jelas Riri Damayanti, petugas museum yang menemani Tribunjogja.com.
Di sepanjang sisi utara ruangan ini, berderet koleksi-koleksi emas Wonoboyo. Mulai dua gelang tangan emas, besar dan agak kecil yang diduga dipakai sepasang laki-perempuan dewasa.
Gelang tangan indah ini dibuat dari lempengan emas yang ditempa, diisi tanah liat berkualitas tinggi kemudian ditutup lempengan perunggu yang dipatri.
Selanjutnya hiasan telinga terbuat dari lempengan emas tipis bentuk helai daun panjang dengan pangkal teratai mekar yang mungkin dipakai sebagai hiasan telinga (sumping). Bentuk sumping ini di tradisi Jawa sampai sekarang masih dipakai untuk hiasan telinga raja, atau contoh sederhana dipakai hiasan telinga pengantin laki-laki.
Hiasan telinga ini ada tiga pasang, dua polos dan satu ditatah hiasan sulur daun. Berikutnya kelat bahu. Ada ada tiga pasang kelat bahu, dua besar satu kecil yg merupakan kelat bentuk antefiks (simbar).
Sepasang kelat berhias kepala Kala berahang bawah. yang dua lain hiasan floral dan sulur daun. Kelat bahu ini biasanya diikatkan di bahu/lengan atas pakai tali. Semuanya berbahan lempengan emas yang dipahat. Hiasan ini masih biasa dipakai di busana pengantin Jawa.
Koleksi berikutnya anting-anting dengan banyak jenis dan bentuk. Ada anting-anting segitiga, bulat dihiasi batu mulia ungu, putih, merah. Ada bentuk anting teratai (sepasang), cincin (3 pasang), cincin lapis untiran tiga (11 pasang berbagai ukuran)
Berikutnya koleksi hiasan pinggang (pending) yang biasa dipakai bangsawan tinggi. Dibuat dari lempengan emas dan dipahat dari dalam.
Ada tiga jenis dengan bentuk dua sama, satunya beda yaitu untaian lempeng jajaran genjang. Dua hiasan pinggang dari lempengan berisi tanah dan ditutup lempengan perunggu dan dipatri. Ada kait tali di masing-masing ujungnya.
Hiasannya sulur dan bulatan besar dikelilingi empat bulatan kecil. Berikutnya koleksi yang takkalah menakjubkan selain mangkuk lonjong berelief, adalah hiasan dada berbentuk menyerupai sabit (crescent shape).
Ragam hiasnya motif floral dengan pahatan menyolok di tengah berupa motif Kala atau geometris. Dibuat dari bahan lempengan emas lebar dilapisi lempengan perunggu tipis, dan dalamnya diisi tanah liat kualitas tinggi